GPEI Tak Harapkan Kenaikan Volume Ekspor

Semarang | Jurnal Asia
Gabungan Pengusaha Ekspor In­­donesia (GPEI) Jawa Tengah tidak mengharapkan kenaikan pada volume ekspor pada 2015 men­yusul kondisi ekonomi yang belum stabil. “Biasanya kalau akhir tahun se­­perti ini ada kenaikan volume ekspor yang cukup baik, antara 10-15 persen,” kata Ketua GPEI Ja­teng Edi Raharto di Semarang, Ju­mat (27/11).
Namun, pada akhir tahun ini dia­kuinya kenaikan volume eks­por­ belum terlalu terasa.

Bahkan, data dari Badan Pu­sat Statistik (BPS) Jateng me­­nun­jukkan pada Oktober lalu terjadi penurunan ekspor 0,25 persen dibandingkan dengan September yang senilai 435,33 juta dolar AS.
“Oleh karena itu, naik satu digit saja sudah bagus karena kami mengakui kondisi ekonomi global sedang labil dan ini ber­dampak pada permintaan ne­gara-negara tujuan ekspor ter­ha­dap barang dari Indonesia,” katanya.

Biasanya, kenaikan untuk per­mintaan akhir tahun terjadi mulai Sep­tember hingga Desember. Be­berapa komoditas yang ban­yak dikirim saat akhir tahun, di antaranya makanan, garmen, dan produk agro.

“Kalau permintaan mebel un­tuk ekspor memang belum ter­lalu terasa dari awal tahun hi­ngga saat ini, bisa jadi karena pro­duk mebel bukan barang yang harus diganti dengan ce­pat,” katanya.
Selain itu, pasar terbesar me­bel, di antaranya Eropa dan Amerika Serikat, kondisi eko­no­minya belum dapat dika­takan sta­bil sehingga cenderung mem­batasi pengeluaran mereka.
Pihaknya menyambut baik pe­nurunan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang rupiah.

Meski demikian, pihaknya ber­harap penurunan tidak terj­adi secara tiba-tiba dan cepat karena juga akan memengaruhi om­zet eksportir dan industri ber­orientasi ekspor. “Mudah-mudahan penurunan ini juga tidak berpengaruh ter­hadap industri mengingat bia­sanya perjanjian kerja sama untuk suplai bahan baku terjadi di awal produksi. Biasanya akan di­per­barui beberapa bulan se­kali,” katanya. (ant)

Close Ads X
Close Ads X