donesia akan Ajukan Tiga Calon Direktur AIIB

x
Jakarta | Jurnal Asia
Indonesia akan mengajukan tiga calon untuk menduduki jajaran direksi lembaga mul­tilateral baru Bank Investasi In­frastruktur Asia (AIIB) yang akan beroperasi pada awal 2016.
“Kami masih pilih, per­sya­ratannya juga akan cukup ke­tat,” kata Menteri Perencanaan Pem­bangunan Nasional Sofyan Djalil di Jakarta, Jumat (27/11).

Selain dari jajaran pemerin­tah, kata Sofyan, tidak tertutup kemungkinan calon direksi yang diajukan berasal dari profesional non-pemerintah. “Mereka nanti akan ber­kom­petisi dengan calon dari negara pendiri lain,” ujarnya, seraya enggan mengungkapkan siapa ketiga calon tersebut.

Sikap Indonesia yang akan mengajukan calon direktur AIIB agar pemerintah memiliki peran cukup besar dalam pengambilan keputusan bank yang diinisiasi Tiongkok itu. Sofyan mengatakan, pe­me­rintah memang mem­butuh­kan alternatif sum­ber pendanaan yang lebih besar untuk pem­bangunan infrastruktur, me­ngi­ngat anggaran pemerintah me­lalui APBN baru memenuhi 30 persen dari total kebutuhan pendanaan infrastruktur hingga 2019 yang sebesar Rp5.500 triliun.

Saat penandatangan artikel per­janjian AIIB Juli lalu, pe­merintah menyebut akan me­nye­tor modal sebesar 672,1 juta dolar AS, sekaligus menjadi pemegang saham terbesar ke-delapan dari 57 negara pendiri.

AIIB akan menjadi bank yang hanya berfokus pada in­fra­struktur, berbeda dengan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) dan Bank Dunia yang juga menyasar sektor pendidikan, lingkungan dan lainnya.

Indikasi Pinjaman dari AIIB Sofyan menyebut Indonesia akan mendapat pinjaman proyek dari AIIB pada kuartal III 2016, setelah proses revisi Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri atau Blue Book 2015-2019 senilai Rp39,9 miliar dolar AS ram­pung. Proyek-proyek yang akan didanai AIIB, kata Sofyan, akan tercantum dalam Blue Book baru tersebut.

Di tempat terpisah, Deputi Pen­danaan Pembangunan Ke­menterian PPN Wismana Adi Suryabrata mengatakan indikasi awal pinjaman yang dapat dita­rik dari AIIB sebesar 1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp13,7 triliun (kurs 1 dolar AS:Rp13.739),.

Indikasi itu berdasarkan ke­butuhan pendanaan proyek yang diinginkan pemerintah melalui skema “Results-Based Lending (RBL)” atau pencairan pinjaman setelah tahapan pembangunan proyek selesai. “Itu indikasi yang awal yang kami hitung, selanjutnya kita akan lihat kembali modalitas (AIIB),” ujar Wismana.

Bappenas mengharapkan pinjaman dari AIIB dapat disa­lurkan melalui skema RBL agar pe­merintah memiliki keleluasaan dalam pelaksanaan proyek itu. Misalnya, dalam pengadaan barang dan jasa proyek. pe­merintah dapat menggunakan pasokan dalam negeri, tidak terbebani syarat untuk meng­gu­nakan sumber daya impor.

Menurut data yang diperoleh, sebanyak 31,9 miliar dolar AS nilai proyek dari total proyek senilai 39,9 miliar dolar AS di Blue Book sudah diminati kreditur. Sisanya sebesar 8 miliar dolar AS masih dijajaki untuk ditawarkan ke sejumlah kreditur, termasuk AIIB.

Negara atau lembaga mit­ra yang sudah menyatakan mi­natnya untuk mendanai pro­yek infrastruktur Indonesia ada­lah Jepang dengan tawaran sebesar 15 miliar dolar AS, Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia, dan Bank Pembangunan Islam de­ngan total 11 miliar dolar AS. Kemudian Jerman, Prancis, dan Spanyol yang total me­na­war­kan pendanaan sebesar 5,9 miliar dolar AS. (ant)

Close Ads X
Close Ads X