Petani Batang Toru Garap Peluang Pepaya

Batang Toru | Jurnal Asia
Petani di Kabupaten Batang Toru Tapanuli Selatan (Tapsel) mulai melirik tanaman holtikultura buah pepaya sebagai salah satu alternatif tambahan pendapatan keluarga. Prospek lebih menjanjikan didukung dengan hasil rupiah yang menggiurkan menjadi alasan utama mengapa petani bercocok tanam di sektor tanaman buah.

PT Agrincourt Resources (AR) sebagai pengelola Tambang Emas Martabe, melalui program pe­ng­embangan bisnis lokal bagi para petani setempat, mem­buat Demplot Pepaya di Ke­­lu­rahan Wek I Kecamatan Batang Toru. Dengan adanya dem­plot ini, diharapkan menjadi pe­nyo­kong dan meningkatkan per­ekonomian petani Batang Toru.

Local Business Devt Super­intendent, Eksa Santika dalam me­ngatakan, sebagian besar masya­rakat Tapanuli Selatan be­kerja sebagai petani karet dan sawit. Namun, beberapa tahun te­r­akhir ini harga karet dan sawit benar-benar memprihatinkan. Ka­rena itulah pengembangan ta­naman pepaya diharapkan dapat membantu kesulitan para petani.

Menurutnya, alasan utama memilih tanamana pepaya karena potensi pasar yang besar sehingga sangat baik jika dimanfaatkan petani sekitar. Dari PT AR sendiri, konsumsi buah pepaya merupakan menu wajib dan per minggunya bisa sekitar 500 kg, belum lagi ditambah dengan masyarakat sekitar.

“Selama ini, kita impor pepaya dari luar Batang Toru, padahal jika dibudidayakan, tanaman pepaya sangat muda perawatannya dan cepat panen. Kita ingin, tanaman pepaya ini menjadi tanaman tuan rumah di Batang Toru. Kita memiliki mimpi, bukan hanya emas yang terkenal di sini, tetapi inilah “emasnya” (pepaya) Batang Toru,” katanya, baru-baru ini.

Di atas tanah 0,5 hektar ini, kata dia, ditanam varietas Bangkok atau Thailand. Pengembangannya dilakukan bersama Balai Penyuluh Pertanian dan Perikanan Kehutanan (BP3K) diakhir 2014 dan pada Januari di tanam sekitar 30 pohon dan per Oktober kemarin di panen.

Ia menambahkan, awalnya sudah ada sekitar 100 batang bibit pepaya yang disiapkan untuk ditaman didemplot ini. Tapi karena kondisi cuaca yang saat itu tidak mendukung, karena banjir, bibit tersebut akhirnya mati dan layu.

“Yang ditanam memang hanya 30 batang dengan modal teknis sekitar Rp20-25 juta dan saat ini sudah panen sekitar 700 kg. Memang, keuntungan belum dapat dilihat ditahun pertama, tetapi kita prediksi di tahun kedua sudah mulai balik modal,” ujarnya.

Sebenarnya, tujuan utama dari program demplot pepaya ini adalah menjadikan pepaya agar familiar di masyarakat. Mengingat, harga komoditi sawit dan karet sangat anjlok yang membuat perekonomian petani terus terpuruk. Dan tentunya, membudidayakan tanaman pepaya bisa membantu perekonomian mereka.

“Harapan kita, masyarakat bisa mengkopi pembudidayaan pepaya ini sehingga dapat dicontoh oleh petani lain. Apalagi, di daerah ini kebutuhan akan pepaya sangat banyak bisa berkisar 5 ton per bulannya. Kedepan, demplot pepaya ini akan terus dikembangkan dengan menanam varietas lainnya seperti varietas California,” tukasnya.

Ditambahkan, perwakilan BP3K Kecamatan Batang Toru, Rahman Sitorus, lahan tidur di Batang Toru ada sekitar dan sampai saat ini sudah membuka 1,7 hektar dan persawahan Saba Lombang dimanfaatkan sebagai lahan membudidaya tanaman sayur-mayur. Selain pepaya, ada juga tanaman padi, nenas dan semangka.

“Saat ini kita masih fokus pada tanaman pepaya dan impian kita kedepannya Batang Toru menjadi centra pepaya. Bukan hanya buahnya, pepaya jantan prospeknya juga banyak meng­hasilkan bunganya. Dan kita targetkan perluasan tanaman pepaya hingga 2 hektar,” tukasnya.

Ke­tua Kelompok Tani Par­damuan, Lusin Siregar (65) me­ngaku, ia sudah dapat me­ra­sakan hasil dari 5 kali panen pe­paya tersebut. Rata-rata, berat pe­paya per buahnya berkisar 2 hingga 4 kg dan perbatangnya bisa menghasilkan sekitar 30 kg dengan masa tanam sekitar 3 tahun.

“Harganya cukup lumayan, per kgnya bisa dihargai Rp5.000 sampai Rp7 ribu per kg tergantung kualitasnya. PT AR sendiri, membelinya dengan harga Rp6.500 per kg sedangkan pasar lokal sekitar Rp5.000-Rp7 ribu per kg,” tandasnya.

Sementara itu, Corporate Communications Senior Manager, Katarina Siburian Har­dono mengungkapkan, Mar­tabe bertumbuh bersama di­namika peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat sekitar. Karenanya, pihaknya konsisten menjalankan setiap program yang sudah dicanangkan, salah satunya dibidang pertanian dan perkebunan.

“Perusahaan membuka pe­luang sebesar-besarnya untuk men­dukung kemampuan masya­rakat mengelola & mengem­bangkan sumber daya lokal di sekitar mereka yang semula tidak diperhatikan seperti lahan tidur, tanaman buah dan lain-lain. Pada gilirannya upaya ini kami yakini akan meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka,”tutupnya. (netty)

Close Ads X
Close Ads X