Pamekasan| Jurnal Asia
Bisnis usaha penggemukan sapi Madrasin yang merupakan sapi hasil perkawinan silang antara sapi Madura dengan sapi Limosin (Madrasin) itu lebih menguntungkan daripada usaha penggemukan sapi Madura murni.
“Kalau sapi Madrasin ini dalam sebulan bisa untung antara Rp500.000 hingga Rp600.000 sebulan,” kata pengusaha penggemukan sapi asal Kelurahan Kangenan, Pamekasan, Rahem, di Pamekasan, Kamis (26/11).
Hal ini terjadi, karena pertumbuhan daging sapi Madrasin lebih cepat dibandingkan dengan sapi Madura, yakni antara 1 hingga 2 kilogram per hari. Dalam masa enam bulan, pria ini mengaku bisa untung hingga Rp3 juta per satu ekor sapi. “Kalau sapi Madura, kami sulit untuk mendapatkan keuntungan sebesar itu,” katanya.
Hanya saja, sambung dia, kendala dirinya dan para peternak sapi lainnya di Pamekasan saat ini adalah harus mendatangkan bibit dari luar Pamekasan, sehingga membutuhkan biasa yang lebih banyak.
“Kalau penggemukan sapi Madura dalam sebulan keuntungannya maksimal Rp20.000 per bulan per satu ekor sapi. Itupun bukan apabila kita membeli sapi betina yang sudah hamil. Jadi keuntungannya pada anak sapinya itu,” kata peternak sapi Madura, Subai.
Secara terpisah, Kepala UPT Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan Madura, Jawa Timur, Indra Subekti, mengakui upaya mengembangkan usaha penggemukan sapi Madura memang menemui kendala.
Namun demikian, sambung dia, bukan berarti kendala tersebut tidak bisa diatasi, sebab saat ini pemerintah telah membentuk sentra peternakan terpadu guna mengatasi permasalah tersebut. “Nantinya, kami juga akan menggandeng pihak perguruan tinggi sebagai pendamping, khususnya perguruan tinggi yang membuka fakultas peternakan,” katanya.
Di Madura, kata dia, Perguruan Tinggi yang hendak digandeng pemerintah untuk menjadi konsultan dalam pengembangan usaha penggemukan sapi Madura itu adalah Universitas Madura (Unira) Pamekasan. (ant)