Industri Sawit Komoditas Strategis

Nusa Dua | Jurnal Asia
Industri sawit merupakan kekuatan bagi negara dan sangat penting bagi Indonesia. Karena itu, sawit harus ditetapkan salah satu komoditas strategis. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono, meminta pemerintah menetapkan industri kelapa sawit sebagai komoditas strategis. Penetapan industri sawit sebagai komoditas strategis berdasarkan sejumlah pertimbangan.

“Pertama, industri sawit mampu berkontribusi besar bagi perekonomian negara. Dari segi penyerapan tenaga kerja, industri membuka lapangan kerja kepada 4 juta kepala keluarga di mana sekitar 16 juta orang mengandalkan hidup dari industri sawit. Kedua, industri sawit mampu mengentaskan kemiskinan di pedesaan,” katanya saat memberi sambutan di acara Indonesian Palm Oil Conference 2015 di Nusa Dua Badung, Kamis (26/11).

Ketiga, kelapa sawit punya peranan penting dalam membantu pemerataan pembangunan daerah karena perkebunan sawit banyak dibuka di luar Pulau Jawa.Alhasil, banyak provinsi dan kabupaten baru di luar Jawa yang awalnya berasalnya dari perkebunan kelapa sawit. Dari sisi pemasukan devisa, kata Joko Supriyono, minyak sawit sebagai penghasil devisa terbesar non migas sekitar USD21 miliar pada 2014 atau 13,4 persen dari nilai total ekspor.

Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Luhut Panjaitan, menegaskan industri sawit telah menjadi industri yang strategis dengan kontribusi besarnya bagi pemasukan negara dan pembukaan lapangan kerja. “Industri ini sudah mempekerjakan sekitar 21 juta orang. Menurut saya pribadi industri ini memang startegis,” pungkasnya.

Menurutnya, hampir 40% kepemilikan lahan kelapa sawit itu bersumber dari rakyat. Sehingga dampak pemerataan kesejahteraan rakyat menjadi lebih baik melalui perkebunan dan industri sawit. “Oleh karena itu memang pemerintah memberikan perhatian yang sangat penting untuk pengembangan kelapa sawit ke depannya tanpa mengabaikan lingkungan,” jelasnya.

Perhatian pemerintah terhadap lingkungan, menurutnya perlu dipahami oleh semua pihak, termasuk pengusaha perkebunan kelapa sawit. Sebagai bangsa yang independen, Luhut juga mengingatkan agar para pengusaha untuk tidak didikte oleh pihak asing atau orang lain yang ingin mengganggu stabilitas keamanan dan industri perkebunan di Indonesia, khususnya pasca kebakaran hutan yang belum lama ini melanda Indonesia.

“Lingkungan itu penting, namun jangan sampai kita didikte oleh orang lain, bahwa ada kurang lebih kita akui, namun ‎sekarang kita perbaiki. Kita sebagai bangsa Indonesia harus melindungi bangsa kita dengan memberikan penerangan tentang bagaimana industri itu bisa dikembangkan,” tutupnya. Seperti diketahui selama bertahun-tahun industri kelapa sawit dihadapkan dengan ‘kampanye hitam’ di tingkat global, termasuk soal isu lingkungan. Masalah kebakaran hutan dan lahan gambut menjadi isu yang kerap ditujukan kepada sektor ini.

Negara-negara konsumen sawit seperti Eropa menerapkan syarat ketat bagi produk sawit Indonesia, seperti adanya wadah Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2016 Price Outlook ini merupakan perhelatan yang ke 11 kalinya oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Wakil Presiden Jusuf Kalla secara resmi membuka konferensi Kelapa Sawit terbesar di dunia tersebut.

Dalam sambutannya, JK menyebut ada tiga hal penting yang menyebabkan pemerintah menganggap industri Sawit sangat bernilai dan berharga bagi negara. “Pertama, bahwa palm oil adalah sumber oil effect terbesar bagi dunia. Karena terbesar, maka Indonesia memiliki andil yang sangat besar sebagai produsen palm oil terbesar,” ujar JK.

Selain dua hal tersebut, JK juga menyebut bahwa industri perkebunan sawit memberikan lapangan kerja terbesar kedua setelah pertanian. “Palm oil merupakan industri perkebunan yang memberikan pendapatan dan lapangan kerja terbesar setelah padi,”‎ jelas JK.

“Hal ini adalah hal esensial kenapa palm oil sangat penting bagi Indonesia. Sehingga naik turunnya keberhasilan sawit mempengaruhi pendapatan masyarakat dan negara. Hal itu diharapkan industri palm oil memberikan hal yang lebih baik lagi di masa yang akan datang,” sambung JK.

“Dalam upaya pemerintah untuk lebih memberikan sustainability dan energi maka fungsi sawit bukan hanya makanan tapi untuk foil. Indonesia sebagai negara dapat menjalankan keduanya dengan baik‎.” Acara yang diselenggarakan pada 26 hingga 27 November 2015 ini dihadiri oleh sekitar 3 ribu peserta dari seluruh Indonesia dan dunia. ‎Selain JK, beberapa delegasi asing dari beberapa negara ikut menjadi anggota konferensi tersebut. (okz-dc)

Close Ads X
Close Ads X