Kejuaraan Dunia Wushu Sepi Penonton | Tiongkok Juara Umum, RI Nomor Dua

Atlet wushu Indonesia Yusuf Widiyanto melakukan hormat saat menyanyikan lagu Indonesia Raya seusai menerima medali emas nomor sanda 56 kg putra pada Kejuaraan Dunia Wushu ke-13 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (18/11). Yusuf berhasil mengalahkan atlet wushu Vietnam Van Bau To dalam final sehingga mendapatkan medali emas dalam nomor tersebut. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/NZ/15.
Atlet wushu Indonesia Yusuf Widiyanto melakukan hormat saat menyanyikan lagu Indonesia Raya seusai menerima medali emas nomor sanda 56 kg putra pada Kejuaraan Dunia Wushu ke-13 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (18/11). Yusuf berhasil mengalahkan atlet wushu Vietnam Van Bau To dalam final sehingga mendapatkan medali emas dalam nomor tersebut. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/NZ/15.

Jakarta | Jurnal Asia
Tuan rumah Indonesia mendulang hasil sangat baik di Kejuaraan Dunia Wushu 2015, dengan menduduki peringkat kedua di klasemen akhir, hanya kalah dari negara asal olahraga beladiri ini: Tiongkok.

Tujuh medali em as diraih Indonesia pada kejuaraan yang dihelat di Istora, Senayan, Jakarta, selama enam hari dan berakhir Rabu (18/11). Adapun Tiongkok menyabet 14 emas dan satu perak, sedangkan Indonesia meraih 7 emas, 3 perak dan 6 perunggu. Sedangkan Hong Kong duduk di posisi ketiga dengan peroleh medali 5 emas, 4 perak serta 2 perunggu.

Emas-emas itu disumbangkan Lindswell, Juwita Niza Wazni, dan Charles Sutanto, yang masing-mas­ing merebut dua emas, serta Yusuf Widiyanto di nomor sanda kelas 56 kg. Adalah Yusuf Widiyanto yang berhasil menjadi penyumbang me­dali emas terakhir untuk Indonesia di Kejuaraan Dunia yang digelar ke-13 ini. Tidak ditargetkan, Yu­suf tampil gemilang dalam empat pertandingan selama di kejuaraan dunia nomor sanda kelas 56 kilogram. Dia menang atas pewushu dari Vietnam, To van Bau, lewat pertandingan tiga ronde, 2-1 di Istora Senayan, Ja­karta, Rabu (17/11).

“Saya sama sekali tidak ditar­getkan di sini. Hanya coba main lepas saja, apalagi tan­dingnya di kadang sendiri tentu saya ingin beri yang terbaik,” kata Yusuf, usai bertanding. Hasil ini menjadi torehan yang bagus mengingat pada Kejuaraan Dunia 2013, Indonesia hanya mam­pu meraih 1 emas, 1 perak, dan tiga perunggu.

“Saya bangga sekali. Ini ti­dak pernah saya bayangkan sebelumnya. Semua orang pas­ti bangga dengan hasil ini,” kata Supandi Kusuma, dalam ke­sempatan terpisah. Diakui Supandi, prestasi ini tak lepas dari kerja keras atlet, pelatih, dan pengurus wushu Indonesia.

Tak terkecuali kehadiran dari dua pelatih China, yakni Liu Zhen (sanda) dan Yang Rui (taulo), yang selama ini membantu kontingen Indonesia saat berada di pemusatan latihan di Medan.
“Kami melakukan banyak hal untuk Kejuaraan Dunia tahun ini. Seperti nutrisi atlet, pikiran mereka, juga mental mereka kami terus jaga. Ini penting karena wushu adalah seni beladiri, butuh pemikiran yang bagus juga,” kata dia. “Di samping itu, kehadiran pelatih China ke Indonesai juga berpengaruh terhadap teknik dan skill atlet Indonesia.”

Selanjutnya, ia berharap pada perhelatan seperti SEA Games 2017 dan Asian Games 2018, prestasi kontingen Indonesia bisa terus dipertahankan. Termasuk salah satunya melanjutkan program pembinaan yang sudah ada.

“Ke depan Indonesia akan mengikuti SEA Games dan Asian Games 2018, tentu kami ingin prestasi wushu Indonesia bisa lebih baik dari hari ini. Kami akan menjaring atlet-atlet terbaik di Indonesia untuk kemajuan wushu kita. Apakah nanti kami akan kirim atlet ke luar atau memanggil pelatih China ke Indonesia akan kami pikirkan lagi. Yang jelas, pelatih China yang ada sekarang sangat berpengaruh pada kemajuan prestasi wushu Indonesia saat ini,” ungkapnya.

Minim Penonton
Kegemilangan Indonesia ternyata tak terlalu dinikmati masyarakat Jakarta. Sepanjang perhelatan Kejuaraan Dunia Wushu yang digelar 13-18 November di Istora Senayan, banyak tempat duduk di tribun penonton yang kosong. Padahal perhelatan tersebut digratiskan panitia penyelenggara alias tidak dipungut tiket.

Sebaliknya, tribun penonton hanya diisi oleh sejumlah atlet yang tengah mendukung timnya kala bermain. Ketua Umum Supandi mengatakan, promosi yang mereka lakukan sebenarnya sudah lebih dari cukup. Terlebih, kejuaraan ini penonton bisa menyaksikan juara-juara dunia wushu secara gratis.

“Kami tidak jual karcis di Kejuaraan ini karena kadang-kadang kalau di jual justru tidak ada yang mau datang. Kami juga sudah melakukan promosi dengan mendatangkan Jet Li pada pembukaan kejuaraan, namun tidak banyak perubahan. Ke depan kami akan coba lebih baik lagi,” kata Supandi.

Ketua Panitia Pelaksana Kejuaraan Dunia Wushu, I.G.K. Manila mengklaim jika kejuaraan dunia tahun ini menunjukan peningkatan yang signifikan dari segi peserta. Dibandingkan tahun lalu kejuaraan dunia yang hanya diikuti oleh 76 negara, tahun ini peserta negara mencapai 82 negara.

“Ini peningkatan yang bagus dari segi negara peserta. Memang untuk penonton kurang, tapi dengan wushu yang baru berusia 23 tahun, sudah menjadi langkah yang bagus. Jet Li sendiri mengatakan walau penontonnya belum begitu banyak seperti sepakbola, tapi yang penting prestasi ada,” kata Manila.

Selain itu, bagi Manila, yang terpenting adalah bagaimana perguruan-perguruan yang ada di Indonesia ini terus tumbuh dalam menjaring anak-anak. “Sekarang saja, saya sudah diminta puluhan anak diminta untuk berlatih. Cuma mereka belum tahu mana yang ingin mereka mainkan, ada golok, pedang, dan lainnya,” kata Manila, yang juga bapak wushu Indonesia ini.

Manila menambahkan, dirinya dan PB WI tengah berusaha untuk mensosialisasikan wushu ke seluruh pelosok Indonesia. Salah satunya dengan masuk ke ranah sekolah-sekolah dan menggelar turnamen wushu berskala nasional.

“Kami berusaha PB WI (Pengurus Besar Wushu Indonesia) dan saya sebagai bapak wushu Indonesia akan masuk ke sekolah-sekolah di seluruh provinsi Indonesia. Tiap tahun juga ada tiga sampai empat turnamen skala nasional,” ungkapnya.

Kendati begitu, Manila belum bisa memastikan kapan wushu benar-benar bisa populer. “Yang jelas kami akan terus berupaya untuk bisa memasukkan wushu sebagai olahraga yang diminati. Kami akan mencoba menjalin komunikasi dengan Kemendiknas untuk bisa memasukan wushu dalam kegiatan ekstra kurikuler sekolah. Karena percuma jika orangtuanya suka, tapi anak-anaknya tidak,” pungkasnya. (dts)

Close Ads X
Close Ads X