Medan | Jurnal Asia
Ribuan umat Buddha mengikuti kegiatan Sangha Bersama untuk memperingati Kathinakala tahun 2015 di Hotel Grand Angkasa Medan, Minggu (15/11). Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Keluarga Buddha Indonesia se- Sumatera Utara melalui Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Sumut dan cabang MBI Medan.
Ketua panitia acara, Upa.Canda Kumara Johny mengatakan, kegiatan inti dari Sanghadana adalah persembahan dan berupa empat kebutuhan pokok (parikkhara) dari umat Buddha kepada Sangha. Diantaranya berupa jubah, obat-obatan dan kebutuhan sehari-hari yang bertujuan untuk mendukung kehidupan para bhikkhu sangha yang telah berjuang untuk melestarikan nilai-nilai Dharma sebagaimana yang telah diajarkan oleh Buddha beberapa abad yang lampau.
Bagi umat Buddha, lanjutnya, perayaan Kathina merupakan momen yang tepat untuk memberikan persembahan kepada sangha. Ini sebagai wujud bhakti umat bagi pengembangan Buddha Dharma sehingga kebajikan yang dilakukan dapat membuahkan karma baik serta melimpahkan berkah dan manfaat bagi semua makhluk.
“Ini merupakan kesempatan mulia bagi semua umat Buddha. Selain mempraktikkan kemurahan hati, mendukung kegiatan ini juga berarti telah melatih untuk menguatkan keyakinan kepada tiga permata mulia, yakni Buddha, Dharma dan Sangha,” katanya.
Pada kesempatan ini, katanya, juga ditandai dengan kegiatan istimewa yaitu perayaan pencapaian Thera tiga Bhikkhu Sangha Agung Indonesia (Sagin). Ketiganya yaitu, Bhante Bhuripanno, Bhante Canda Silo dan Bhante Thitavamso.
Ketua MBI Sumut Upa Ony Hindra Kusuma mengatakan, ketiga Bhante ini berhasil menjalani 10 masa vassa. Masa vassa merupakan masa di mana para bhikkhu harus berdiam diri di musim hujan pada suatu tempat dan mentaati aturan-aturan vassa.
Massa vassa ini dimulai sehari sesudah purnama-sidhi bulan kedelapan (Asalhamasa) dan diakhiri pada purnamasidhi bulan kesebelas (Assajujamasa), menurut perhitungan yang berakhir pada bulan Oktober berlangsung selama 90 hari. Masa vassa menjadi waktu latihan dan membentuk pribadi spiritual dengan berlatih pendalaman dhamma melalui meditasi, memanjatkan paritta-paritta suci, introspeksi diri dan lainnya.
Ketiga Bhante ini, terangnya, mencapai Thera pada 2015 dan ditabhiskan menjadi Samanera pada saat yang sama yakni 19 Juli 2005 oleh YM Bhante Jinadhammo Mahathera dan juga diupasampada pada saat bersamaan pada 11 Juni 2006, hanya beda beberapa menit. Beliau bertiga diupasampada menjadi Bhikkhu di What Tumpo Thailand oleh Upajaya Lompo Audhapanno Maha Thera.
“Hal menarik lainnya adalah ketiganya berasal dari etnis berbeda yakni Batak, Tionghoa dan Jawa. Tentunya ini yang mewarnai kekayaan spiritual Sangha Agung Indonesia di Indonesia khususnya Sumut,” tukasnya didampinggi Ketua Panitia Sumut, UP Darsono.
Sementara, dalam Dharmatalk dengan topik “Murah Hati Murah Rezeki, Yang Dermawan Jadi Hartawan”, YM Bhikkhu Pannasami Thera memberikan pemahaman kepada umat Buddha untuk menyempurnakan praktek berdana yakni dilakukan dengan keyakinan, penuh hormat, secara tepat waktu, ikhlas dan tanpa merugikan diri sendiri ataupun pihak lainnya. Praktek berdana yang dilakukan dengan tepat akan menghasilan buah karma yang baik berupa kemakmuran, kekayaan dan harta benda yang berlimpah.
(netty)