Harga Sawit dan Karet Anjlok | Petani Perlu Diversifikasi Komoditas

Buruh menata kaleng berisi getah karet yang disadap dari hutan karet Tlogo, Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (12/10). Produksi getah karet daerah setempat mengalami penurunan sekitar 50 persen karena banyak daun pohon karet yang rontok dan rentan serangan jamur selama musim kemarau sehingga berdampak pada tidak maksimalnya proses produksi getah karet pada pohon. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama/15.
Buruh menata kaleng berisi getah karet yang disadap dari hutan karet Tlogo, Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (12/10). Produksi getah karet daerah setempat mengalami penurunan sekitar 50 persen karena banyak daun pohon karet yang rontok dan rentan serangan jamur selama musim kemarau sehingga berdampak pada tidak maksimalnya proses produksi getah karet pada pohon. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama/15.

Jakarta| Jurnal Asia
Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia, Ryan Kiryanto menilai sejumlah daerah di Pulau Sumatera terutama Provinsi Aceh dan Sumatera Selatan perlu melakukan diversifikasi komoditas, menyusul anjloknya harga karet dan sawit. “Dua daerah ini perlu di­versifikasi komoditas karena harga dua komoditas ekspor ung­­gulan yakni karet dan sawit di­perkirakan belum membaik hi­ngga awal tahun depan,” kata Ryan dalam seminar tentang Di­namika Perekonomian In­do­nesia di Tengah Turbulensi Pere­konomian Global, yang digelar Departemen Komunikasi Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (29/10).

Ia mengatakan harga ko­mo­­ditas diprediksi masih me­le­mah hingga akhir tahun yang dipengaruhi kiris global, terutama anjloknya perekonomian dan jatuhnya nilai mata uang Tiong­kok.
Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar di tingkat perusahaan dan petani komoditas tersebut, pemerintah disarankan mem­perkuat konsumsi dalam ne­geri. “Terutama industri turunan sa­wit sangat perlu dibangun di dalam negeri sehingga kebutuhan dan permintaan minyak mentah sawit domestik meningkat,” ucap­nya.

Menuruanya, harga minyak sa­wit masih memiliki harapan se­telah Pemerintah Indonesia dan Malaysia menyatakan keinginan untuk menentukan harga sawit dunia. Sementara untuk komoditas karet kata dia yang selama ini juga banyak diekspor ke Tiongkok dip­rediksi masih bertahan rendah hi­ngga akhir tahun. “Uni Eropa merupakan tujuan eks­por karet dan saat ini per­mintaan juga menurun se­hingga bisa dialihkan ke pasar domestik,” ucapnya.

Seminar yang diikuti 45 orang jurnalis dari wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) yang digelar selama dua hari di Jakarta itu juga membahas tentang per­kembangan ekonomi global dan domestik serta kebijakan terkini Bank Indonesia.

Asisten Direktur pada Depar­temen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Mus­­­li­min Anwar mengatakan pela­tihan jurnalis se-Sumbagsel ter­sebut bertujuan meningkatkan pemahaman para jurnalis tentang peran dan tugas Bank Indonesia. “Juga untuk membahas per­kem­bangan perekonomian terkini baik domestik maupun global,” katanya.

Pelatihan tersebut seyogyanya di­gelar di Pulau Belitung, Provinsi Bang­ka Belitung namun dialihkan ke Jakarta akibat kabut asap yang menutupi Pulau Belitung. Pela­tihan itudiikuti jurnalis dari Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Bangka Belitung. (ant)

Close Ads X
Close Ads X