Rupiah Sudah Menguat Signifikan, BI Tetap Waspada

Jakarta | Jurnal Asia
Bank Indonesia menyatakan masih tetap mewaspadai perkemba­ngan ekonomi eksternal kendati dalam sepekan terakhir rupiah terus mengalami penguatan signifikan. “Kita lihat nanti ‘recovery’ (pe­mulihan) ini semoga terus berlanjut tapi kita harus tetap melihat fak­tor eksternal dari Amerika dan sebagainya,” kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara saat ditemui di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (9/10).

Berdasarkan kurs JISDOR BI, nilai tukar rupiah pada Jumat mencapai Rp13.521 per dolar AS, menguat dibandingkan hari se­belumnya Rp13.809 per dolar AS atau dibandingkan empat hari sebelumnya saat masih berada di level Rp14.604 per dolar AS.

“Sejak tiga hari lalu pengua­tan rupiah signifikan karena banyak yang cut loss (jual saham supaya tidak rugi lebih dalam), karena ada yang ragu rupiah bakal tembus Rp13.800. Kemarin saya tegaskan kurs asumsi APBN Rp13.800 itu asumsi karena kondisi makro melemah. Itu me­nembus Rp13.800 jangan ragu, Rp13.500 jangan ragu,” ujar Mirza.

Menurut Mirza, kurs rupiah masih kompetitif untuk men­dorong ekspor manufaktur dan untuk pengendalian inflasi ka­rena kenaikan harga barang im­por akan tertahan dengan ada­nya penguatan kurs.

“Inflasi kita dengan data-d­ta sampai bulan September ini me­ngarah ke target. Akhir tahun mungkin hanya 4,1-4,3 persen, jadi inflasinya sangat baik. Data-data ekspor impor menunjukkan surplus bulanan, sehingga defisit transaksi berjalan yang terjadi nanti defisi yang sehat, sampai akhir tahun hanya 2 persen lebih sedikit,” kata Mirza.

Ia menambahkan, volatilitas rupiah pada beberapa hari ter­akhir yang menunjukkan apre­siasi tajam dinilai bu­kan suatu hal yang perlu diper­ma­sa­lahkan, justru harus dijaga pe­ngua­tannya.
“Volatilitas pada penguatan juga harus dijaga, menguat tajam tidak apa-apa. Yang jelas, pada waktu kita mengalami pelemahan kan ekonomi ter­tekan, waktu mengalami pe­nguatan juga akan bantu eko­nomi. Pasti bagus untuk ek­o­nomi,” kata Mirza.

Mirza mengatakan, BI me­mang melakukan intervensi untuk mens­tabilkan rupiah, namun ba­nyaknya pelaku pasar yang men­jual dolarnya juga menjadi faktor penguatan rupiah saat ini. Ia pun juga me­ngimbau kepada para spekulan untuk segera menjual valas miliknya. “Banyak orang cut loss, baik individu maupun korporasi. Kita bantu dorong sedikit saja. Jadi yang pada pegang dolar, sebaiknya dijual lah dolarnya,” ujar Mirza.

Didorong Faktor Domestik
Bank Indonesia mengklaim pen­guatan rupiah dalam be­berapa hari terakhir bukan hanya didorong oleh faktor eks­ternal, namun juga oleh faktor fundamental ekonomi domestik. Deputi Senior Gubernur BI Mirza Adityaswara mengatakan, apresiasi rupiah hingga Jumat ini menguat 4,4 persen, lebih tinggi dibandingkan Ringgit Malaysia 3,4 persen, Won Korea 1,2 persen, Dolar Taiwan 1,2 persen, dan Bath Thailand 0,4 persen.

“Kelihatan bahwa penguatan rupiah yang sampai 4,4 persen dibandingkan kurs Korea atau Thailand itu menunjukkan bahwa penguatan pada hari ini bukan hanya faktor eksternal tapi memang ada faktor fundamental dari Indonesia,” ujar Mirza.

Menurut Mirza, memang ada pengaruh dari berita terkait risalah The Fed pada September lalu di mana data-data ekonomi AS melemah sehingga kenaikan suku bunga diperkirakan tidak terjadi pada tahun ini tapi pada 2016 mendatang. Namun, ia menilai penguatan rupiah juga merupakan kontribusi faktor domestik.

“Kalau menurut saya, tam­paknya ‘financial market investor’ (investor pasar keuangan) sudah se­makin yakin pemerintah me­la­kukan reformasi struktural yang serius. Kita tadinya se­lalu mengatakan investor asing me­ngatakan pemerintah tid­ak per­nah serius melakukan re­for­masi struktural, tapi adanya paket kebijakan itu mendorong investor masuk,” kata Mirza.

Sementara pemerintah me­ngeluarkan kebijakan de­biro­k­ratisasi dan deregulasi, lan­jutnya, Bank Indonesia juga te­tap menjaga kehati-hatian di bidang moneter dan juga mengeluarkan kebijakan untuk stabilisasi rupiah.

“Kebijakan BI juga ‘prudent’ di ‘monetary policy’ dan menambah suplai valas di pasar spot dan forward. Teman-teman OJK juga lakukan pada financial inclusion dengan asuransi petaninya, se­hingga market percaya sama kita,” ujar Mirza.

Dolar Jatuh ke Rp13.448
Penguatan rupiah berlan­jut dan dalam jumlah yang signifikan. Lesunya dolar AS di pasar global turut berimbas pada pergerakan rupiah. Ditambah faktor internal, rupiah menguat lebih dari 400 poin atas dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditran­saksikan antarbank di Jakarta pa­da Jumat sore (9/10) bergerak menguat 439 poin menjadi Rp13.448 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.887 per dolar AS.
“Mata uang rupiah kembali bergerak menguat bergerak di bawah level Rp13.500 per dolar AS. Bergesernya proyeksi pasar terhadap kenaikan suku bunga the Fed menjadi tahun 2016 mendatang, dimanfaatkan sebagian pelaku pasar untuk kembali masuk ke aset mata uang berisiko, salah satunya rupiah,” ujar pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta.

Ia mengatakan, rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) tadi malam, pejabat bank sentral AS memberi sinyal masih akan menahan suku bunganya di level rendah karena pertumbuhan ekonomi AS masih berisiko.

“Sinyal itu memberikan sen­timen negatif pada dolar AS,” katanya. Sebelum the Fed me­naikan suku bunganya,pelaku pa­sar kembali masuk ke aset ne­gara berkembang karena imbal hasil yang ditawarkan masih lebih menarik dibandingkan di negara maju seperti Amerika Serikat. Dari dalam negeri, pelaku pasar yang memiliki harapan tinggi terhadap paket kebijakan ekonomi pemerintah menambah sentimen positif bagi laju mata uang rupiah. “Sentimen dari dalam negeri juga berkontribusi terhadap penguatan mata uang rupiah,” ucapnya.

Kepala Riset NH Korindo Se­curities Indonesia, Reza Pri­yambada, menambahkan ke­bi­jakan ekonomi yang dike­luar­kan oleh pemerintah dan Bank Indonesia mendorong ke­ter­sediaan dolar AS di dalam ne­geri membaik.

“Kebijakan Ekonomi Jilid III dinilai lebih kenkret untuk menopang ekonomi domestik dalam jangka pendek ini, situasi itu yang membuat rupiah kem­bali bergerak di area positif,” katanya. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (9/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.521 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.809 per dolar AS. (ant)

Close Ads X
Close Ads X