Ramaikan Perayaan Mid-Autumn Festival |City Radio Bagikan 600 Paket Kue Bulan

aaaaa

aaaa

aaa

aa
Medan| Jurnal Asia
City Radio 95.9 FM Medan yang tergabung dalam City Media Group, Senin (21/9) membagikan kue bulan secara gratis kepada para pendengarnya. Total sebanyak 600 pcs kue bulan dibagikan kepada City Friends, sebutan untuk pendengar City Radio, yang berada di berbagai penjuru Kota Medan.

Penanggung jawab acara sekaligus Program Director Mandarin, Lies Junikasari (Xiaoling) mengatakan, pembagian kue bulan ini dilakukan dalam rangka meramaikan perayaan Mid-Autumn Festival atau festival kue bulan yang jatuh pada 27 September 2015 mendatang. Pembagian kue bulan dilakukan secara langsung oleh para penyiar City Radio 95.9 FM Medan. Pembagian kue berlangsung selama satu harian penuh dari pagi hingga sore. “Sebanyak 600 pcs kue bulan yang disediakan habis dibagi-bagikan di sejumlah titik seperti kampus dan perkantoran. Kegiatan ini direncanakan akan menjadi agenda tahunan mengingat antusias pendengar yang banyak mendaftar untuk dikunjungi,” katanya.

Lies Junikasari juga mengatakan acara ini disponsori oleh Delima Mooncake dan Taman Gembira Mooncake serta didukung oleh 96.3 Medan FM Jurnal Asia dan City Media Group. Dihubungi secara terpisah, salah satu tokoh Tionghoa di Medan, Berry CWT mengatakan, tahun ini, perayaan festival kue bulan jatuh pada Minggu (27/9). Namun, katanya, untuk pelaksanaan sembahyang dilakukan pada Sabtu (26/9) malam sekitar pukul 21.00 WIB sampai sebelum pukul 00.00 WIB.

“Sembahyang ini sebagai wujud penghormatan kepada jasa-jasa Dewi Bulan. Biasanya, sembahyang ini sering dilakukan anak gadis atau wanita yang belum memiliki jodoh dan umumnya mereka berdoa agar mendapatkan jodoh yang baik,” katanya kepada Jurnal Asia.

Wujud Penghormatan
Dikatakannya, sudah menjadi hal wajib bagi etnis Tionghoa melakukan sembahyang pada setiap perayaan apapun sebagai wujud penghormatan. Tak terkecuali dengan peringatan hari Chung Jio Cie (festival kue bulan) yang jatuh setiap tahunnya pada tanggal 15 bulan 8 penanggalan lunar.Tradisi perayaan kue bulan ini sudah dilakukan secara turun temurun. Menurut sejarah, dahulu sebelum ada listrik kondisi alam semesta gelap gulita di malam hari. Hanya bulan yang menyinari para petani pulang dari ladang dan bagi petani bulan dianggap memiliki jasa yang besar.

Sinar rembulan dianggap dapat memberikan kesuburan dalam ekosistem tanah bagi kaum petani. Tepat pada tanggal 15 bulan 8, kondisi bulan paling bulat, paling terang sepanjang tahun dan bentuk kue yang bulat melambangkan terangnya bulan menyinari bumi. “Dari sinilah, untuk menghomati Dewi bulan digelar festival kue bulan serta sembahyang untuk Dewi bulan. Selain sebagai penghomatan, tetapi juga sebagai wujud syukur atas jasa dari Dewi bulan,” imbuhnya.

Selain sembahyang, tradisi lainnya adalah menghantarkan kue bulan kepada yang lebih tua. Biasanya, ada keharusan dari anak perempuan yang sudah menikah memberikan kue bulan kepada orang tua. Dan biasanya, kue bulan yang dibawa dengan jumlah yang genap, misalnya 2 bungkus atau 4 bungkus kue bulan.

“Kita berharap, tradisi ini terus dilestarikan dan dipertahankan, sebab memiliki efek baik. Jika festival kue bulan digelar di Indonesia pasti akan memikat wisatawan asing untuk datang kemari,” pungkasnya.

Memurut salah seorang warga Medan, Yuvy Limbong, perayaan tradisi etnis Tionghoa sangat kental terasa di Kota Medan. Kebebasan dan rasa saling menghormati satu dan lainnya sangat tercipta dengan baik.

“Bukan hanya festival kue bulan, perayaan tradisi etnis Tionghoa lainnya juga meriah di Kota Medan. Biasanya, setiap perayaan apapun, kami selalu melakukan sembahyang. Kita setiap tahun melakukan tradisi ini, otomatis menjadi kebiasaan. Dan dilakukan turun temurun sehingga yang kita lakukan itu otomatis tak akan hilang,” pungkasnya. (rel/netty)

Close Ads X
Close Ads X