Medan | Jurnal Asia
Menguatnya nilai tukar Dolar terhadap Rupiah bakal berdampak kepada kenaikan suku bunga pinjaman bank. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) khususnya yang bermodal dari pinjaman bank.
Ketua UKM Center Sumatera Utara, Deni Faisal Mirza mengatakan, dengan melemahnya Rupiah sangat memengaruhi signifikan kurs Rupiah. Pada perbankan, katanya, bunga bank naik menjadi 16 persen dari sebelumnya 13 persen.
“Yang paling terkena imbas itu pelaku usaha terutama di sektor kecil menegah yang mengajukan banyak pinjaman jauh hari ke perbankan. Pastinya berpengaruh jelas terhadap sistem pembayarannya ke bank untuk pelunasan pinjaman,” katanya di Medan, Jumat (28/8).
Ia melanjutkan, di tengah sulitnya perekonomian sekarang ini, para pelaku UMKM di Sumut sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah, khususnya berupa bantuan pendanaan. Jika melihat kondisi yang saat ini, dikhawatirkan akan terjadi krisis monter jilid kedua.
“Bagi pelaku UMKM yang memang bidang tersebut menjadi penopang perekonomian pasti sangatlah membutuhkan bantuan. Apalagi, sokongan bantuan dana yang dijanjikan kementrian koperasi dan UKM saat berada di Medan bulan April lalu juga hingga kini belum terealisasi. Padahal bantuan itu sangatlah dibutuhkan agar keberadaan UMKM tetap tumbuh,” tandasnya.
Selain itu, tandasnya, ia juga berharap pemerintah provinsi agar mendesak pencairan bantuan dana dari pemerintah pusat yang sudah dijanjikan kepada 45 pelaku usaha sebesar Rp25 juta per pelaku usaha. Para pelaku UMKM sangat membutuhkan dana tersebut untuk melanjutkan usahanya.
Apalagi, tambahnya, sedikit banyak juga akan terjadi kenaikan harga bahan sementara pendapatan kian menurun. Ini akan membuat pelaku UMKM bakal gulung tikar ditambah lagi kurs terus mengalami penurunan dan harga bahan baku terus melambung. “Mungkin saat ini harga bahan baku belum terlalu tinggi harganya karena masih ada stok. Dan jika ada barang baru harga akan naik,” tukasnya.
Salah satu pelaku UMKM, Eddy mengaku, di tengah krisis ekonomi saat ini memang berpengaruh terhadap omset pemesanan sepatu miliknya. Namun, hingga saat ini, untuk bahan baku pembuat sepatu belum mengalami kenaikan lagi.
“Kemarin memang sudah naik 20 persen harganya, tapi semenjak dolar di kisaran Rp14 ribu belum ada kenaikan karena di tokonya mungkin lagi banyak stok. Tapi diperkirakan bakal naik lagi setelah Lebaran Idul Adha nanti,” tukasnya.
(netty)