Medan | Jurnal Asia
Masih perkasanya nilai tukar Dolar terhadap Rupiah, membuat sebagian besar masyarakat mengunjungi tempat penukaran uang asing atau money changer. Bahkan, sejumlah money changer di Kota Medan mengaku tingkat jual dolar naik hingga 70 persen.
Salah satu teller PT Narasindo Mitra Perdana di Jalan Juanda Medan, Ika mengatakan, hingga Kamis (27/8) untuk harga jual Dolar mencapai 14.175 per USD, sedangkan harga beli 14.210 per USD. Sejak Dolar bertengger dikisaran 14.000, banyak masyarakat yang menjual Dolar ketimbang membelinya.
“Akhir-akhir ini lebih banyak yang jual Dolar ketimbang yang membelinya. Peningkatan penukaran ada sekitar 70 persen, sedangkan untuk pembelian Dolar memang ada, tapi hanya sedikit hanya sekitar 30 an persen, itu pun untuk keperluan tiket saja,” katanya, Kamis (27/8).
Pihaknya, kata dia, dalam memenuhi peraturan Dolar setiap harinya menyediakan sekitar USD10 hingga 20 ribu. Ini merupakan kuota normal seperti hari biasanya. Analis pasar modal Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, harga harga jual Dolar mencapai 14.175 dan harga beli 14.210 per USD di money changer tentunya wajar, mengingat selisih harga uang fisik dengan rekening memang berbeda.
Akan tetapi, jika dengan pelemahan Rupiah seperti yang terjadi sekarang tidak begitu banyak menolong penguatan Rupiah, maka kondisi ini sungguh kelewatan. “Dengan kondisi saat ini, justru membuat masyarakat ataupun pengusaha mengambil posisi wait and see. Dan justru masih mengharapkan US Dolar terus menguat terhadap mata uang Rupiah,” tuturnya.
Menurutnya, tidak salah jika mengkur kinerja Rupiah mengacu kepada hitung-hitungan analis. Akan tetapi, dengan pelemahan rupiah seperti yang terjadi saat ini, sebaiknya mereka yang memegang Dolar menjualnya, dan mereka yang ingin berinvestasi ke Dolar sebaiknya tidak dilakukan. Bukan semata-mata karena hitung-hitungan bisnis saja, lebih dari itu ini masalah kepentingan bangsa.
“Rupiah yang terpuruk seharusnya tidak dimanfaatkan sebagai ajang spekulasi ataupun investasi. Namun lebih dari itu sebaiknya jiwa nasionalis perlu ditunjukan untuk menyikapi kebijakan pelemahan Rupiah tersebut. Bayangkan saja jika Rupiah terus terpuruk, pasti semua kepentingan kita di negeri ini akan mengalami gangguan,” tegasnya.
Sudah saatnya tinggalkan sikap serakah untuk meraup keuntungan ditengah kondisi pelemahan Rupiah seperti saat ini. Tunjukan bahwasanya kita membutuhkan kondisi pasar keuangan yang aman dari gangguan eksternal.
“Tidak ada yang diuntungkan nantinya jika Rupiah terus melemah dan menggiring kita dalam kubangan krisis. Aktifitas ekonomi akan terganggu, demikian halnya dengan stabilitas sosial masyarakat kita,” pungkasnya. (netty)