Naik Hingga 70 Persen, Aksi Jual Dolar Melonjak Tajam di Medan

Seorang nasabah memasuki salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (24/8). Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dibuka di kisaran Rp14.006 dan sempat mencapai posisi tertinggi pada level Rp14.017 karena imbas dari perang mata uang (currency wars). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc/15.
Seorang nasabah memasuki salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Senin (24/8). Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dibuka di kisaran Rp14.006 dan sempat mencapai posisi tertinggi pada level Rp14.017 karena imbas dari perang mata uang (currency wars). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc/15.

Medan | Jurnal Asia
Masih perkasanya nilai tukar Dolar terhadap Rupiah, membuat sebagian besar masyarakat mengunjungi tempat penukaran uang asing atau money changer. Bahkan, sejumlah money changer di Kota Medan mengaku tingkat jual dolar naik hingga 70 persen.

Salah satu teller PT Narasindo Mitra Perdana di Jalan Juanda Medan, Ika mengatakan, hingga Kamis (27/8) untuk harga jual Dolar mencapai 14.175 per USD, sedangkan harga beli 14.210 per USD. Sejak Dolar bertengger dikisaran 14.000, banyak ma­sya­rakat yang menjual Dolar ketimbang membelinya.

“Akhir-akhir ini lebih banyak yang jual Dolar ketimbang yang membelinya. Peningkatan pe­nu­karan ada sekitar 70 persen, se­dangkan untuk pembelian Dolar me­mang ada, tapi hanya sedikit ha­nya sekitar 30 an persen, itu pun un­tuk keperluan tiket saja,” katanya, Kamis (27/8).

Pihaknya, kata dia, dalam me­menuhi peraturan Dolar se­tiap harinya menyediakan se­kitar USD10 hingga 20 ribu. Ini me­rupakan kuota normal seperti hari biasanya. Analis pasar modal Sumut, Gu­nawan Benjamin mengatakan, harga harga jual Dolar mencapai 14.175 dan harga beli 14.210 per USD di money changer tentunya wajar, mengingat selisih harga uang fisik dengan rekening me­mang berbeda.

Akan tetapi, jika dengan pelemahan Rupiah seperti yang terjadi sekarang tidak begitu banyak menolong penguatan Rupiah, maka kondisi ini sungguh kelewatan. “Dengan kondisi saat ini, justru membuat masyarakat ataupun pengusaha mengambil posisi wait and see. Dan justru masih mengharapkan US Dolar terus menguat terhadap mata uang Rupiah,” tuturnya.

Menurutnya, tidak salah jika mengkur kinerja Rupiah mengacu ke­pada hitung-hitungan analis. Akan tetapi, dengan pelemahan ru­piah seperti yang terjadi saat ini, sebaiknya mereka yang me­me­gang Dolar menjualnya, dan me­reka yang ingin berinvestasi ke Dolar sebaiknya tidak dilakukan. Bu­kan semata-mata karena hi­tung-hitungan bisnis saja, lebih dari itu ini masalah kepentingan bangsa.

“Rupiah yang terpuruk seharusnya tidak dimanfaatkan sebagai ajang spekulasi ataupun investasi. Namun lebih dari itu sebaiknya jiwa nasionalis perlu ditunjukan untuk menyikapi kebijakan pelemahan Rupiah tersebut. Bayangkan saja jika Rupiah terus terpuruk, pasti semua kepentingan kita di negeri ini akan mengalami gangguan,” tegasnya.

Sudah saatnya tinggalkan sikap serakah untuk meraup keuntungan ditengah kondisi pelemahan Rupiah seperti saat ini. Tunjukan bahwasanya kita membutuhkan kondisi pasar keuangan yang aman dari gangguan eksternal.

“Tidak ada yang diuntungkan nantinya jika Rupiah terus melemah dan menggiring kita dalam kubangan krisis. Aktifitas ekonomi akan terganggu, demikian halnya dengan stabilitas sosial masyarakat kita,” pungkasnya. (netty)

Close Ads X
Close Ads X