Benih Padi Gogo Tahan terhadap Kekeringan

Kupang| Jurnal Asia
Peneliti Pertanaian Agribisnis dari Universitas Nusa Cendana Kupang Ir Leta Rafael Levis, M.Rur.Mnt, mengatakan, benih padi gogo perlu dikembangkan petani Nusa Tenggara Timur karena tahan terhadap kekeringan dan serangan hama.

“Ada dua tipe padi yaitu padi kering (gogo) yang biasanya ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan,” kata Leta Rafael Levis, di Kupang, Kamis (27/8).

Dosen Pertanian pada Undana Kupang itu mengatakan hal tersebut terkait persiapan benih tanam yang cocok dan layak bagi petani di NTT karena iklimnya lebih lama kekeringan. Ia mengatakan varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan itu banyak diminati oleh petani NTT karena daya adaptifnya yang baik antara lain varietas Buyung, Cantik, Katumping, Sabai dan Sasak Jalan.

Demikian pula katanya di Sumatera varietas lokal seperti Arias, Simaritik, Napa, Jangkong, Klemas, Gando, Seratus Malam. Varietas-varietas lokal umumnya selain berumur panjang, potensi hasilnya rendah sekitar dua ton GKG/ha. Namun kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa enak yang sesuai dengan etnis daerah setempat.

Varietas unggul padi gogo telah dilepas sejak 1960-1994. Varietas Danau Atas, Danau Tempe dan Laut Tawar merupakan varietas yang cocok dibudidayakan pada lahan podsolik merah kuning.
Termasuk katanya varietas Gajah Mungkur dan Kalimutu yang dilepas tahun 1994 cocok dikembangkan pada lahan-lahan kering yang tersebar di kawasan Nusa Tenggara.

Selain itu, katanya varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang marjinal, termasuk terhadap beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang rendah, serta pemeliharaan mudah dan sederhana.

Saat ini kata dia Pemerintah NTT terus mendorong upaya penangkaran dan pengadaan benih seperti padi gogo bagi sekitar 64 persen lebih masyarakat NTT yang berprofesi sebagai petani karena daerah ini masuk sebagai daerah rawan kekeringan secara nasional.

Ia mengatakan varietas padi gogo sangat toleran terhadap kekeringan sehingga dapat diterima oleh petani yang memang secara agroklimat berada pada wilayah dengan bulanbasah kurang dari 6 bulan.

Ketua Kelompok Penyuluh Pertanian di NTT itu mengatakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya balai penelitian banyak dalam berbagai penelitiannya menghasilkan varietas padi dengan berbagai spesifik deskripsinya.

Beberapa contoh yang tergolong fenomenal adalah padi varietas IR-64 dikelurkan oleh Badan Litbang Pertanian pada tahun 1984 yang sampai sekarang masih ditanam petani. “Beberapa varietas padi pengembangannya tidak sebaik IR-64 yang merupakan varietas spesifik lokasi seperti tahan suatu penyakit atau lokal spesifik.

Sehingga lebih mengintensifkan tanaman padi gogo di daerah yang umumnya pada lahan kering atau tadah hujan adalah tepat untuk memacu peningkatan produksi padi di NTT dan daerah lainnya.
Ia juga mengapresiasi terobosan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menciptakan varietas padi unggul terus dikembangkan oleh petani seperti varietas unggul padi gogo yang tahan terhadap kekeringan.

Langkah ini dilakukan guna mendongkrak kapasitas produksi padi nasional dengan memanfaatkan lahan kering. Padi akan berproduksi sepanjang tahun tanpa terhalangi adanya musim kering. Harapannya adalah ketahanan pangan nasional akan terus terjaga.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X