Harga Gas Bingungkan Industri

Jakarta | Jurnal Asia
Kalangan industri pengguna gas saat ini heran soal harga gas alam untuk industri yang tak mengalami penurunan harga. Padahal seharusnya dengan melihat tren harga energi dunia seperti minyak yang saat ini anjlok maka seharusnya harga gas pun ikut turun. Hal ini disampaikan Ketua Koordinasi Energi Gas Industri Kadin Indonesia Achmad Widjaya, Senin (3/8).
“Ekonomi lagi jelek, dengan harga minyak mentah sudah US$ 42 per barel (dari US$ 100), harga gas sedunia juga turun, tapi harga gas se-Indonesia nggak turun,” kata pria yang biasa disapa AW ini.

Ia mengatakan saat ini rata-rata industri pengguna gas khu­susnya di Jawa mendapatkan harga gas US$ 10 per mmbtu. Pada­hal seharusnya dengan tren penu­runan harga energi di dunia, harga gas industri bisa turun jadi US$ 6 per mmbtu hingga US$ 6,5 per mmbtu.

Ia berharap para transporter gas seperti PGN dan Pertagas bisa menurunkan harga gasnya meski dalam kontrak biasanya sudah ada kesepakatan harga dan volume hingga waktu pengiriman. “Jadi harga gas sekarang yang US$ 10 mmbtu waktu zaman harga minyak dunia masih US$ 100 per barel, tapi sekarang nggak turun, padahal harga minyak dunia US$ 42 per barel,” katanya.

Menurut AW, harga gas industri pada periode 2006-2007 masih mencapai US$ 4 per mmbtu. Pada waktu itu harga minyak dunia rata-rata sekitar US$ 60 per barel. “Sekarang harga minyak sudah US$ 42 per barel, kita masih diberi harga gas US$ 10 per mmbtu, seharusnya US$ 6 per mmbtu,” katanya.

Ia mengatakan saat ini pasokan gas alam untuk industri sedang berlimpah. Hal ini berlawanan dengan kondisi periode 2006-2007, ketika banyak industri sulit dapat gas. “Sekarang berlimpah karena ekonomi lagi turun, dulu sempat susah dapat gas karena eknomi naik, sekarang barang gas berlimpah,” katanya.(dc)

Close Ads X
Close Ads X