Dolar AS Tembus Rp 13.500 BI Gelontorkan Lagi Cadangan Devisa

Jakarta | Jurnal Asia
Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada hari ini, dolar AS sempat menyentuh level 13.500. Menyikapi penguatan dolar AS, Bank Indonesia (BI) berencana kembali melakukan intervensi pada kurs rupiah dengan kembali menggelorkan cadangan devisa.

“Mengenai rupiah yang se­karang Rp 13.500, kembali saya tegaskan, BI akan lakukan in­tervensi di pasar valas (valuta asing),” kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo di kantor pusat BI, Jakarta, Senin (3/8).

Perry mengungkapkan, peng­gunaan cadagangan devisa untuk membantu penguatan rupiah terpaksa dilakukan agar rupiah tidak semakin merosot. “Kami akan terus melakukan stabilisasi, dan makanya anda lihat sekarang devisa kita turun. Itu karena kita melakukan intervensi di valas,” jelas Perry.

Perry mengungkapkan, me­rosotnya nilai rupiah imbas kondisi ekonomi global membuat BI harus mengambil langkah paling cepat memulihkan rupiah. “Ini kan karena global yang terus menerus. Setelah Yunani, perlambatan di China juga sangat pengaruh sekali. Apalagi kita juga masih menunggu The Fed. Saya tegaskan, BI akan lakukan apa pun untuk menstabilkan rupiah, termasuk dengan devisa kita,” tegasnya.

Pagi tadi, dolar AS sempat dibuka melemah di posisi Rp 13.476 dari posisi akhir pekan lalu Rp 13.506. Namun dolar AS terus menguat hingga ke Rp 13.508 kemarin.
Segera Ambil Langkah Hebat

Head Analis Forex Monex Investiondo Ariston Tjendra mengatakan, belum ada tanda-tanda rupiah membaik hingga beberapa minggu ke depan. Bahkan, jika kondisi ekonomi belum membaik, ditambah situasi ketidakpastian isu ekonomi dari AS, rupiah masih sulit terkoreksi positif.

“Selama kondisi ekonomi secara fundamental belum ada perbaikan, dan diperparah dengan kenaikan suku bunga di AS, ini (pelemahan rupiah) masih mungkin terjadi,” kata Ariston, Senin (3/8).

Selain rencana penetapan bunga acuan The Fed dan mem­­buruknya kondisi ekonomi dalam negeri, sambung Aris­ton, pelemahan rupiah juga imbas ketidakpastian angka pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2015.

“Kuartal I kan sudah ditetapkan sebesar 4,7%. Saat ini pelaku pasar juga sedang menanti-nanti angka pasti pengumuman pertumbuhan ekonomi Kuartal II 2015. Ini juga berefek pada pelemahan rupiah, karena estimasi pelaku pasar rata-rata masih pesimis dan penuh gonjang-ganjing,” jelas Ariston.

Ariston mengungkapkan, jika pemerintah tak segera mengambil langkah konkrit perbaikan ekonomi secara fun­damental, kepastian kenaikan suku bunga AS dalam beberapa bulan mendatang bisa membuat rupiah lebih anjlok dari nilai sekarang.

“Paling konkrit saat ini adalah infrastruktur. Tekanan ekonomi sekarang sudah sangat tinggi, dan mendorong peningkatan infrastruktur merupakan solusi sekarang paling mendesak dilakukan,” katanya.

“Infrastruktur kan banyak dorong sektor lain dan hasilnya yang paling terlihat cepat di antara yang lain. Rupiah turun kan karena dolar di dalam (ne­geri) sedikit, kebijakan ke­naikan bunga untuk menarik dolar ke dalam juga kurang baik, karena di sisi lain konsumsi jadi berkurang. Kalau infrastruktur didorong, kuartal II harapannya 2015 (pertumbuhan ekonomi) 5% ke atas bisa terealisasi, otomatis rupiah sedikit terbantu,” tambah Ariston.
(dtf)

Close Ads X
Close Ads X