Ekspor Biji Pinang Sumut Naik 227 Persen

Medan | Jurnal Asia
Kendati di tengah-tengah himpitan ekonomi global yang berimbas kepada penurunan sebagian besar produk holtikultura Sumatera Utara (Sumut), namun ekspor biji pinang ke sejumlah negara justru tidak terganggu.

Bahkan, hingga Juni 2015, ekspor biji pinang Sumut me­nunjukkan tren kenaikan lebih dari 200 persen dibanding pe­riode yang sama tahun lalu. Kepala Seksi Hasil Pertanian dan Pertambangan Disperindag Su­mut, Fitra Kurnia me­nga­takan, kinerja ekspor biji pinang terus membaik akhir-akhir ini. Padahal, sebagian besar ekspor produk pertanian dan pertambangan mengalami penurunan yang signifikan.

Dari data Surat Keterangan Asal (SKA) Disperindag Sumut, hingga Juni 2015, ekspor pinang naik 227,32 persen menjadi USD21,235 juta de­ngan volume 21.235 ton. Se­dangkan periode yang sama tahun lalu hanya dikisaran USD6,48 juta dengan volume 6.113 ton.

“Ekspor pinang naik sig­nifikan karena India sudah membuka pasar pinang se­hingga pinang Sumut bisa masuk ke negara tersebut. Ini karena produksi India juga lagi turun,” katanya kepada Jurnal Asia, Rabu (29/7).

Selain India dan Pakistan, tingginya konsumsi pinang dari negara Bangladesh, Thailand dan Myanmar memberikan keuntungan bagi petani pinang Sumut. Pasalnya, harga di tingkat lokal terus membaik, di mana per kilogramnya men­capai Rp20 ribu.

“Biji pinang ini kalau di negara India dan di Pakistan dikonsumsi langsung seperti sirih. Sedangkan di negara Bangladesh meski mereka sudah memiliki lahan per­kebunan pinang, tetapi karena konsumsi tinggi negara ter­sebut terpaksa impor. Selain di­konsumsi langsung, biji pi­nang dijadikan bahan kosmetik, tek­stil, bahan makanan dan minuman dan lainnya,” tandasnya.

Di Sumut sendiri, lanjut Fitra, sentra produksi pinang ada di sejumlah wilayah di antaranya seperti Asahan, Labuhan Batu, dan Langkat. Namun, produksi pinang Sumut sampai saat ini belum ada pengembangan karena masih ditanam di perkarangan rumah. (netty)

Close Ads X
Close Ads X