Kkp Kembangkan Produksi Bawal Bintang dan Kerang

Jakarta| Jurnal Asia
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai me­ningkatkan fokusnya pada pengem­bangan produksi bu­didaya ikan bawal bintang dan kerang di luar sejumlah ko­moditas unggulan perikanan bu­didaya di Tanah Air seperti rum­put laut dan udang.

“Mulai tahun ini beberapa ko­moditas juga diperhitungkan dan menjadi andalan antara lain adalah bawal bintang,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Sla­met Soebjakto di Jakarta, Kamis (2/7).

Slamet mengungkapkan, un­tuk tahun ini target produksi ikan bawal masih 1.900 ton namun target pertumbuhannya diperkirakan bakal pesat hingga 31,5 persen per tahun hingga 2019.
Menurut dia, bawal bintang merupakan primadona baru, karena merupakan salah satu komoditas alternatif budidaya laut atau marikultur, serta harga jualnya bersaing yakni sekitar Rp70 ribu per kilogram. “Waktu budidaya lebih cepat dibanding kerapu, yaitu 6 bulan dari ukuran benih tebar serta lebih mudah dalam pemeliharaannya,” katanya.

Dirjen Budidaya KKP juga mengutarakan bahwa komoditas lainnya yang terus dikembangkan adalah kekerangan yang memiliki target 233.000 ton pada 2019 dan diprediksi tumbuh 32,6 persen per tahun hingga 2019.

Ia berpendapat, komoditas kerang atau kekerangan se­lama ini memang belum di­per­hitungkan dan pem­bi­na­annya masih kurang se­dangkan kebutuhan di dalam negeri termasuk tinggi.
“Untuk memenuhi kebutuhan selama ini justru dari diimpor dari Eropa karena belum diperhatikan secara serius,” jelas Slamet.

Padahal, ujar dia, potensi kekerangan di laut Indonesia sangat hebat seperti di Nusa Tenggara Barat, Banten, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tjandra Yoga Adi­tama mengatakan, konsumsi protein masyarakat Indonesia berdasarkan Survei Diet Total (SDT) berada pada angka 123 gram dengan konsumsi tertinggi dari ikan-ikanan dan kerang.

“Konsumsi sumber protein Indonesia masih berada pada angka 123 gram dengan kon­sumsi tertinggi dari lauk ikan-ikanan dan bangsa kerang se­banyak 78,4 gram,” kata Tjandra Yoga, Jumat (26/6).

Sementara itu konsumsi pro­tein dari konsumsi daging dan ung­gas sejumlah 42,8 gram de­ngan konsumsi kecil terhadap jeroan sejumlah 2,1 gram. Menurut dia konsumsi ma­ka­nan sumber protein ini ternyata lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan konsumsi Thailand yang sebesar 117 gram. Namun masih lebih rendah dari konsumsi protein masyarakat Filipina sebesar 133 gram.
Tingkat konsumsi protein ter­tinggi di ASEAN ditempati Si­ngapura yang juga mengonsumsi daging, unggas dan ikan-ikanan dalam jumlah lebih besar yakni 626 gram. (ant)

Close Ads X
Close Ads X