Krisis Yunani Diakui Lemahkan Rupiah

Jakarta | Jurnal Asia
Direktur Departemen Ko­munikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs menyatakan bah­wa ada dua kemungkinan dampak dari kegagalan Yunani menyelasaikan utangnya, yaitu keluar dari euro zone atau investor yang akan berpindah ke dolar sehingga dolar akan menguat.

“Kalau (Yunani) gagal dam­paknya bisa either keluar dari euro, atau kemungkinan investor flight to quality. Mereka akan lari ke dolar sehingga dolar menguat,” ujar dia, di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

Dirinya menambahkan, pe­nguatan dolar akan terjadi secara cross the board termasuk Indonesia. “Kita coba monitor rupiahnya di market. Kalau kita perlu lakukan penyesuaian dalam konteks intervensi, kita bisa lakukan itu,” jelasnya.

Ia menambahkan, dampak krisis Yunani kepada Indonesia terdapat pada pengaruhnya kepada pelemahan rupiah. Na­mun, hal ini sangat tergantung kepada perilaku investor nanti.
“Kalau investornya masih nyaman-nyaman saja dengan kondisi yang ada mungkin tidak terlalu besar, tapi kalau mereka beli aset dolar ya mungkin dolar menguat dan menguatnya se­luruh dunia termasuk In­donesia,” terang dia.

Sementara untuk antisipasi, BI akan lebih dulu melihat kenapa rupiah melemah. Sebab, pelemahan-pelemahan yang ter­jadi tidak hanya karena fak­tor eksternal namun juga menyangkut fundamental dalam negeri.

“Kalau fundamental kita kuat kita tidak akan melemah terlalu tajam. Tapi kalau fundamental kita lemah mungkin ada masalah. Mung­kin kita akan melemah lebih dalam dari mata uang lain. Jadi, tergantung. Kalau pergerakan rupiah sesuai fundamental kita tidak akan melalukan koreksi terlalu banyak,” tandasnya.

Euro Stabil di Asia
Kurs euro bertahan stabil di Asia karena para pedagang mengabaikan gagal bayarnya Yunani yang secara luas telah diperkirakan oleh sejumlah kalangan. Namun demikian, masih ada fokus yang beralih ke referendum di akhir pekan, yang dapat menentukan masa depan Yunani di zona euro.

Mata uang tunggal dibeli 1,1136 dolar dan 136,44 yen pada per­dagangan Rabu (1/7/2015) sore di Tokyo, dibandingkan dengan 1,1139 dolar dan 136,38 yen di New York pada Selasa sore. Dolar berada di 122,48 yen dibandingkan dengan 122,44 yen.

Sebagaimana diketahui, Yu­nani telah gagal memenuhi tenggat waktu untuk membayar angsuran utangnya kepada Dana Moneter Internasional (IMF). Dengan gagalnya itu menjadikan Yunani sebagai negara maju pertama yang mengalami gagal bayar.

Namun demikian, pemberi pinjaman masih belum me­ngesampingkan permintaan Yunani untuk memberikan lebih banyak waktu, dan memberikan ruang keuangan pemerintah untuk melanjutkan negosiasi pembicaraan reformasi dana talangan (bailout) dengan para kreditor. “Yunani telah secara resmi gagal melakukan pembayaran kepada IMF, tetapi pasar tam­paknya tidak peduli,” kata Ahli Strategi Mata Uang Senior di National Australia Bank Emma Lawson. (mtv/ant)

Close Ads X
Close Ads X