Medan | Jurnal Asia
Festival Bakcang sebagai salah satu bentuk promosi kuliner masyarakat Tionghoa di Medan harus dilestarikan. Kegiatan ini pantas didukung siapa saja karena bakcang bagian dari aneka ragam kuliner di Kota Medan. Hal itu disampaikan Walikota Medan Drs Dzulmi Eldin MSi saat membuka acara “Barongsai & Bakcang Festival 2015” di Central Business Districk (CBD) Polonia, Medan, Sabtu (20/6). “Kita tentu dapat memahami, Kota Medan merupakan kota multi etnis dan kultural. Kita patut berbangga hati, karena kemajemukan kita memiliki kekuatan beraneka ragam dari satu dengan yang lain,” ujar Eldin.
Acara yang diselenggarakan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) bekerjasama dengan Pemko Medan serta Fastlink Event Organizer, turut dihadiri Ketua PSMTI Sumut Tongariodjo Angkasa SE MBA MM MSc, penasihat PSMTI Sumut Eddy Djuandi, Ketua PSMTI Kota Medan Djono Ngatimin dan Kadisbudpar Medan Busral Manan. Selain itu juga hadir anggota DPRD Kota Medan Wong Sun Cien, Karo Ops Polda Sumut Kombes Pol CBS Nasution, pengusaha properti Benny Basri dan sejumlah undangan lainnya.
Eldin berharap, kegiatan Festival Bakcang bisa memberikan wawasan beraneka ragam budaya Tionghoa dan Pemko siap mendukung, serta mengaplikasikan hal itu di tengah masyarakat, sehingga kuliner ini menjadi sajian favorit. Dia juga mengucapkan terima kasih yang telah memprakarsai kegiatan tersebut, yakni kepada PSMTI, WALUBI, Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). “Terimakasih juga kepada Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI). Semoga ke depan, acara tersebut berlanjut menjadi kegiatan khusus, serta menjadi daya tarik pariwisata Kota Medan,” ujarnya.
Eldin menambahkan, setiap masakan suku di Indonesia menjadi ciri khas yang dapat dibanggakan. Harapannya kuliner di Kota Medan dapat dinikmati bersama, termasuk kuliner bakcang yang sedang dipromosikan lewat festival tersebut.
Ketua PSMTI Sumut, Tongariodjo Angkasa SE MBA MM MSc mengatakan, Festival Bakcang dapat berjalan lancar dan sukses berkat kerjas ama dengan semua pihak. Dan acara ini bukan seremoni, tapi tetap berlanjut setiap tahun. “Anak sekarang telah melupakan budayanya sendiri dan mengikuti perkembangan budaya luar. Semoga Festival Bakcang dapat dilestarikan di Indonesia, dengan semangat yang berani, jujur, bersih dan bertanggungjawab,” tandasnya.
Ketua Panitia Barongsai & Bakcang Festival 2015, Joko Darmadi mengatakan, Festival Bakcang banyak meninggalkan sejarah yang harus dikenang, supaya generasi muda tetap ingat dengan budayanya, karena belakangan ini sering ditinggalkan.
Pada kegiatan ini juga diadakan perlombaan makan kue cang, untuk mengenang menteri Qu Yuan yang merupakan seorang menteri yang menyatukan enam negeri di Tiongkok, ratusan tahun sebelum masehi. Lalu Qu Yuan dihianati menteri lain. Dengan begitu, dirinya dianggap merasa tak berguna, kemudian ia memutuskan untuk bunuh diri di Sungai Mi Luo. Tetapi, karena rakyat sangat mencintai Qu Yuan, mereka akhirnya pergi mencari jenazah sang menteri.
Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan ke sungai agar ikan dan udang tidak mengganggu jenazah menteri. Untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai, mereka membungkusnya dengan daun-daunan yang dikenal sebagai bakcang.
Kue ini, lanjut Joko, terbuat dari ketan yang diisi dengan berbagai rasa, seperti kacang hijau, daging ayam, sayur-sayuran atau udang kering. Kue tersebut dibungkus menggunakan daun bambu dengan bentuk piramida.
“Sekalian mengajarkan sejarah kepada anak-anak supaya mereka tahu bagaimana filosofi kue cang ini. Karena bakcang, salah satu penganan khas masyarakat Tionghoa untuk memperingati seorang penyair bernama Qu Yuan,” ungkap Joko.
(mag 04/07)