Kejuaraan Dunia Menanti di Keangkeran Istora

Penonton meneriakkan yel yel dukungan saat babak final turnamen bulutangkis BCA Indonesia Open Superseries Premier 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/6). Pasangan Indonesia gagal menjadi juara  setelah kalah dengan skor 11-21, 10-21. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/mes/15
Penonton meneriakkan yel yel dukungan saat babak final turnamen bulutangkis BCA Indonesia Open Superseries Premier 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/6). Pasangan Indonesia gagal menjadi juara setelah kalah dengan skor 11-21, 10-21. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/mes/15

Jakarta | Jurnal Asia
Ekspektasi akan prestasi dari pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia akan berlanjut di bulan depan, ketika Istora Jakarta kembali menjadi tuan rumah untuk turnamen besar bernama Kejuaraan Dunia.

Turnamen bertajuk BWF World Championship itu akan dihelat pada 10-26 Agustus. Ini adalah pertama kalinya sejak tahun 1989 kejuaraan dunia diadakan di Indonesia.
“Kalau dari penyelenggaran, persiapan kami masih tetap berjalan. Kalau secara fisik kami tidak banyak perubahan, karena ke­marin sudah baik dan tidak ada masalah. Paling persiapan lainnya, tentatif semua,” ujar wakil sekjen PBSI, Achmad Budiharto, Jumat (19/6).

Pada awal Juni lalu Istora menjadi tempat gelaran Indonesia Open. Mirisnya, hanya satu wakil Indonesia yang lolos ke final, dan itu pun kalah di partai puncak, yaitu ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari.

Tak ingin tanpa gelar lagi di kandang sendiri, PBSI menga­takan bahwa para pemain­nya terus melakukan persiapan inten­sif dan serius. Pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan disebut tetap jadi andalan utama di kejuaraan dunia nanti.

Kedua pasangan itu memang wakil terakhir Indonesia yang menyabet gelar juara dunia. Mereka mendapatkannya di edisi 2013 di Guangzhou Tiongkok. “Target kami itu memang di ganda campuran dan ganda putra. Untuk campuran memang kami secara serius persiapkan diri. Apalagi melihat hasil Indonesia Open 2015 kemarin. Memang ada beberapa teknis yang harus mereka persiapkan terutama menghadapi pemain Tiongkok, kemarin kita merasakan Zhang Nan/Zhao Yunlei. Itu yang kami perbaiki,” ucap Achmad.

Di SEA Games Singapura yang baru lalu, tim Indonesia menjadi juara umum cabang bulutangkis. Raihan tiga medali emas didapat dari beregu putra, ganda putra, dan ganda campuran.
Angker

Dari tujuh gelaran terakhir turnamen bulutangkis Indonesia Terbuka, hanya dua dari 35 gelar juara diraih pemain-pemain tuan rumah. Ternyata Istora sendiri belum menjadi kandang yang menyejukkan.

Di turnamen terakhir misal­nya, pada awal Juni lalu. Hanya sa­tu wakil Indonesia yang bisa menembus babak final, yaitu ganda putri Greysi Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Namun mereka juga tak sampai jadi juara setelah dikalahkan lawannya di laga puncak.

Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rexy Mainaky, menegaskan bahwa Istora jangan justru menjadi alasan atlet menjadi tertekan. “Kesan itu tidak boleh, karena mereka semua adalah pemain dunia. Tekanan pasti ada, tapi itu ‘kan sudah jadi risiko yang harus dile­wati. Dan mereka sudah berulang-ulang main di Istora. Jadi buat saya bukan Istoranya yang angker, tapi persiapan pemain dan kejelian pelatih dalam analisa kekurangan pemainnya, serta program latihan yang bagaimana,” tutur Rexy.

“Karena saya juga main di tempat yang sama dan bahkan tahun 1994, penonton bahkan lebih gila lagi. Yang kosong itu hanya lapangan tempat kami main. Tapi kami bisa lalui semua itu dengan keluar sebagai juara Thomas dan Uber Cup waktu itu,” kenang Rexy. (dc)

Close Ads X
Close Ads X