MERS Bikin Geger Korsel | 2 Tewas, 35 Terjangkit

Seoul, Korea Selatan - Sukarelawan asisten turis yang mengenakan masker berkumpul di area perbelanjaan populer Myeongdong di Seoul pada 4 Juni 2015. Organisasi Pariwisata Korea (KTO) melaporkan bahwa sekitar 7.000 turis - sebagian besar dari Tiongkok dan Taiwan - membatalkan rencana perjalanan rombongan ke Korea Selatan, mengutip wabah MERS sebagai alasan utamanya, kata seorang juru bicara KTO. AFP PHOTO / Ed Jones
Seoul, Korea Selatan – Sukarelawan asisten turis yang mengenakan masker berkumpul di area perbelanjaan populer Myeongdong di Seoul pada 4 Juni 2015. Organisasi Pariwisata Korea (KTO) melaporkan bahwa sekitar 7.000 turis – sebagian besar dari Tiongkok dan Taiwan – membatalkan rencana perjalanan rombongan ke Korea Selatan, mengutip wabah MERS sebagai alasan utamanya, kata seorang juru bicara KTO. AFP PHOTO / Ed Jones

Seoul | Jurnal Asia
Penyakit pernafasan akut asal Timur Tengah MERS untuk pertama kalinya mewabah di Korea Selatan. Dua orang meninggal dunia dan 35 warga terjangkit sementara ribuan lainnya dikarantina untuk mencegah penyebaran virus.

Menurut Kementerian Kese­hatan dan Kesejahteraan Korea Selatan, dua dari lima orang yang terjangkit terakhir adalah staf medis di rumah sakit yang menangani pasien MERS. WHO melaporkan, kasus MERS atau Sindrom Pernafasan Timur Tengah pertama kali muncul di Korsel pada 20 Mei lalu. Penular pertama adalah seorang pria berusia 68 tahun yang baru saja datang dari negara Timur Tengah sebelum kembali ke Korsel pada 4 Mei.

Dia baru menderita gejala MERS sepekan kemudian. Penu­laran terjadi melalui orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien pertama ini. Putra pasien pertama ini yang juga mengidap MERS dilaporkan melanggar perintah karantina dan pergi ke Hong Kong dan China daratan. Saat ini dia berada di rumah sakit di China. Sebanyak 1.369 orang per Rabu kemarin menjalani karantina karena telah melakukan kontak dengan penderita.

“Pada 20 Mei, satu kasus dilaporkan di Republik Korea. Pasien ini baru saja bepergian ke Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab dan Bahrain. Orang ini tidak menderita sakit saat perjalanan,” kata WHO dalam pernyataannya, Kamis (4/6).

Mudahnya penyebaran MERS di Korsel karena budaya rumah sakit yang memperbolehkan keluarga berada satu kamar dengan pasien. Kebanyakan yang menderita adalah mereka yang berada di ruang pasien selama lima menit hingga beberapa jam.

Pemerintah Korsel mera­ha­siakan rumah sakit karantina para penderita MERS. Namun 22 kasus di antaranya berasal dari sebuah rumah sakit yang kini disebut “Fasilitas B”. Sebuah rumah sakit juga ditutup, diduga demi mencegah penyebaran virus.

Wabah MERS di Korsel memicu kepanikan warga karena ini kali pertama virus pernafasan ini merebak di negara tersebut. Di jalan-jalan, warga mulai menutupi mulut dan hidung mereka de­ngan masker. Pemeriksaan suhu tubuh juga dilakukan di terminal kedatangan internasional di ban­dara Korsel.

Publik Korea Selatan mulai me­ngenakan masker ketika ke­luar rumah untuk mencegah penyebaran MERS. (Reuters/Kim Hong-Ji) Sebelumnya sejak virus ini pertama kali muncul di Arab Saudi pada 2012 dan menyebar ke berbagai negara, Korea Selatan tidak pernah tersentuh.

Presiden Korsel Park Geun-hye melakukan rapat darurat pada Rabu untuk membahas respon awal mengatasi wabah ini. “Reaksi awal untuk penyakit me­nular seperti MERS sangat pen­ting, tapi ada beberapa ke­ti­­dak­layakan dalam respons awal, termasuk gagal diagnosa soal penularannya,” kata Park, merujuk pada kasus pertama saat dokter tidak menduga pasien menderita MERS.

MERS disebabkan oleh coro­navirus dari famili yang sama dengan virus pemicu SARS atau sindrom pernafasan akut parah yang menewaskan sekitar 800 orang pada wabah tahun 2002-2003 di seluruh dunia. Namun MERS memiliki tingkat kematian lebih tinggi 38 persen dibanding SARS, menurut data WHO.

Virus MERS awalnya memiliki ge­jala seperti flu dan menyerang sis­tem pernafasan. Gejala lain­nya adalah demam dan ba­tuk, beberapa parah seperti pneumonia dan gagal ginjal. WHO mencatat, kasus baru di Korsel ini membuat angka penderita MERS di seluruh dunia mencapai 1.179 orang, dengan kematian berjumlah 442 orang.

540 Sekolah Diliburkan
Ratusan sekolah di Korea Selatan diliburkan untuk mence­gah penularan virus MERS yang mewabah untuk pertama kalinya di negara tersebut. Sejauh ini, sudah dua orang tewas dan 35 lainnya terjangkiti virus yang menyerang sistem pernafasan ini.

Diberitakan New York Times, Menteri Pendidikan Korsel Hwang Yoo-Wea memutuskan untuk meliburkan 540 sekolah mulai Rabu (3/6) hingga waktu yang belum ditentukan. Keputusan ini mencerminkan kepanikan yang mulai muncul di kalangan masyarakat Korsel akan penye­baran virus mematikan tersebut.

Masyarakat di kota-kota Korsel mulai mengenakan masker ketika berada di luar ruangan. Terminal kedatangan internasional di bandara juga mulai menerapkan pemeriksaan suhu tubuh un­tuk para penumpang, salah satu­nya di Bandara Internasional Incheon. Padahal WHO belum mengeluarkan anjuran untuk pemeriksaan di bandara.

Banyak warga Korsel yang membatalkan kunjungan mereka ke rumah sakit karena takut tertular. Menurut sebagian orang, ketakutan ini muncul lantaran pemerintah tidak menyebutkan nama dan lokasi rumah sakit tempat para pasien MERS dirawat dan lebih dari 1.300 lainnya dikarantina.

Penjualan cairan pembersih ta­ngan meningkat di Korsel, sesuai dengan anjuran pemerintah untuk menjaga kebersihan sebagai salah satu tindakan pencegahan menangkal virus. Kementerian Pertahanan Korsel telah me­merintahkan warga untuk me­nangguhkan wajib militer jika ada gejala-gejala MERS.

Pemeriksaan penumpang pe­sa­wat di bandara Korsel tetap dilakukan kendati tidak ada anjuran dari WHO. (Reuters/Kim Hong-Ji) Menurut pengamat, kepanikan yang muncul kali ini di Korsel adalah karena masyarakat tidak percaya pada pemerintah yang awalnya gagal mendiagnosa penderita MERS.

“Ketakutan berakar dari rasa tidak percaya pada pemerintah dan apa yang mereka sampai­kan,” ka­ta Yu Min-yeong, kepala Acase, perusahaan manajemen krisis di Seoul. WHO melaporkan, kasus MERS atau Sindrom Pernafasan Timur Tengah pertama kali muncul di Korsel pada 20 Mei lalu. Penular pertama adalah seorang pria berusia 68 tahun yang baru saja datang dari negara Timur Tengah sebelum kembali ke Korsel pada 4 Mei. (cnn/ant)

Close Ads X
Close Ads X