Pertanian Indonesia Belum Siap Hadapi MEA

Jakarta| Jurnal Asia
Sejumlah kalangan menilai, sektor pertanian Indonesia belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) DIY Masyhuri mengatakan, dibanding negara ASEAN lain, sektor pertanian di Indonesia masih kalah. Ia mencontohkan Hanoi, Vietnam. Menurut dia, produktifitas pertanian di sana tiga kali lipat lebih maju dari pertanian di Indonesia.

“Ekspor produk pertanian ke ASEAN selama 5 tahun terakhir ini belum menunjukkan perkembangan yang signifikan dibanding ekspor ke negara tujuan nonASEAN. Karena Indonesia masih terpusat pada dua negara ASEAN untuk dijadikan negara tujuan utama ekspor produk pertaniannya, yaitu Malaysia dan Singapura,” ujarnya.

Menurut dia, hal ini menjadi tugas bersama bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Ia mengingatkan, MEA bisa menjadi peluang emas dan bermanfaat besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya pertanian. Namun, MEA juga bisa tak berarti apa-apa jika negara dan rakyat Indonesia tak bisa memanfaatkan.

“Ini adalah PR (pekerjaan rumah) yang besar untuk kita semua, untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kita harapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih berkembang tinggi dengan adanya MEA ini. Jika kita tidak dapat memanfaatkannya, maka nantinya kita hanya dapat melihat negara lain makmur.”

Hal senada disampaikan Rektor Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, Bambang Cipto. Menurut dia, potensi ekonomi Indonesia dari sektor pertanian masih belum dioptimalkan dengan baik jika dibandingkan negara di Asia yang lain. Untuk itu, dibutuhkan pengolahan pertanian yang baik. Sebab, pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat membantu perkembangan ekonomi Indonesia.

“Sudah seharusnya sektor pertanian di Indonesia dikembangkan dan diolah dengan baik. Jaminan ekonomi Indonesia salah satunya ada di sektor pertanian, dan selain itu UKM (Usaha Kecil dan Menengah) merupakan lapisan ekonomi yang paling aman,” ujar Bambang.

Ketua PERHEPI Pusat, Bayu Krinamurthi, membenarkan apa yang disampaikan Bambang Cipto. Menurut dia, di antara empat pilar MEA yakni pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang kompetitif, pembangunan ekonomi yang setara, dan integrasi ke dalam ekonomi global, yang masih harus perlu diperbaiki lagi adalah pembangunan ekonomi yang setara.

Dalam pilar ketiga MEA ini, sektor ekonomi terfokus pada pengembangan dan penguatan UKM dengan cara mengembangkan jejaring antarUKM untuk membangun jejaring produksi dan distribusi kawasan. Selain itu adalah melaksanakan praktik-praktik terbaik dalam pengembangan UKM, termasuk pendanaan. (vn)

Close Ads X
Close Ads X