Petani Abdya Gembira Dengan Pemijahan Ikan Kerling

Meulaboh| Jurnal Asia
Petani tambak di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) merasa gembira dengan keberhasilan pemijahan (pembenihan) ikan kerling oleh Balai Benih Ikan (BBI) Kuala Batee, sehingga mereka dengan mudah bisa mendapatkan benih.

Salah seorang petani tam­bak, Samsuar di Blangpidie, Kamis (23/4) menyatakan, keberhasilan BBI Kuala Batee dalam melakukan pemijahan ikan kerling sangat memudahkan para petani dalam mendapatkan benih yang selama ini mencari di sungai besar di tengah hutan. “Alhamdulillah kalau sudah bisa dikembangbiakkan, tidak repot-repot lagi kita cari benihnya ke hutan sana,” katanya.

Samsuar mengakui, ketertarikan dirinya menjadi petani tambak ikan air tawar jenis kerling karena harga jualnya di pasaran cukup tinggi, mencapai Rp200 ribu per kilogram. Harga tersebut sangat mustahil dapat dicapai oleh ikan air tawar jenis lainnya.

“Ikan kerling ini harganya cukup pantastis. 1 kilogram saja mencapai Rp200 ribu. Malah apabila beratnya sudah mencapai 2 Kg, harganya pun bisa mencapai dua kali lipat,” tuturnya.
Di sisi harga, kata dia, memang sangat menguntungkan petani, namun di sisi lain, dirinya mengaku selama ini untuk mendapatkan benih ikan kerling sangat menyulitkan.

“Memang enak kita pelihara ikan ini, harga jualnya mahal sekali, hanya saja benih ikan ini sangat sulit kita dapat. Selama ini saya terpaksa harus ke hulu sungai besar untuk mencarinya,” kata dia.

Ditanya hulu sungai mana saja yang pernah dijejaki, Samsuar menyebutkan, di Kabupaten Abdya terdapat tiga sungai yang memiliki ikan kerling, yaitu Sungai Babahrot, Krueng Susoh dan Sungai Krueng Baru.

Ketiga sungai besar tersebut memiliki ikan kerling, namun keberadaanya di hulu sungai di kawasan hutan. “Ada tiga sungai yang hidup ikan ini, yaitu sungai-sungai yang airnya jernih, mengalir deras serta memiliki bebatuan,” katanya.

Samsuar berharap, dengan telah berhasilnya BBI Kuala Batee melakukan pemijahan ikan kerling, pihak Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Abdya sekiranya dapat memberikan penyuluhan tentang tata cara pemijhan ikan kerling kepada petani tambak yang ada di Abdya. “Kalau dinas mau memberikan penyuluhan, saya mau ikut karena ilmu pemijahan itu sangat saya butuhkan dalam hal budidaya ikan kerling ini,” harapnya.

Sementara itu Kepala DKP Abdya Muslem Hasan menyebutkan, benih ikan kerling yang baru berhasil dilakukan pemijahan itu memang untuk dikembangkan secara komersial baik oleh DKP sendiri maupun masyarakat Abdya yang memiliki tambak. “Jika masyarakat ada memiliki kolam yang sumber airnya jernih, sirkulasinya bagus kita berikan benihnya,” katanya.

Muslim menambahkan, budidaya ikan air tawar usaha yang menjajikan keuntungan yang cukup besar. Apalagi, tambahnya, dengan membudidaya ikan kerling keuntungan lebih besar dibandingkan ikan air tawar lainnya.

Di Jawa, kata dia, untuk satu ekor benih ikan kerling ukuran satu senti meter mencapai Rp1.300 per ekor. “Kita bersyukur, tanpa di­sangka, di balik kurang fa­miliarnya ikan air tawar ini, ternyata sudah bisa kita kembangbiakkan. Ke depan, kita berikan penyuluhan pada masyarakat Abdya dan bagi petani tambak yang memiliki kolam yang sirkulasi airnya bagus kita berikan benih ini secara gratis,” tuturnya.

Ikan kerling, mirip dengan ikan mas dan memiliki sisik yang berwarna silver. Ikan ini memiliki gerakan yang sangat gesit. Biasanya di Aceh, ikan ini nikmat dimasak menjadi masakan asam pedas atau lebih dikenal dalam bahasa Aceh disebut gule kerling, asam keueng. Namun ada juga dibakar langsung dengan bumbu sederhana seperti kecap.

Pada saat dimasak, sisik ber­warna silver yang melekat pada ikan yang disebut jurung tersebut tidak dibuang sebagaimana masakan ikan air tawar lainnya. Karena konon lagi, kan­dungan protein dan vitamin yang terkandung pada sisik ikan tersebut, sangat baik untuk asupan gizi, wajar saja jika ikan yang satu ini terus diburu pecinta masakan Aceh.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X