Bukan Chicharito Pahlawannya!!

Real Madrid v Atletico Madrid - UEFA Champions League Quarter Final Second Leg
Madrid | Jurnal Asia
Real Madrid akhirnya memastikan tempat di semifinal Liga Champions dengan kemenangan agregat 1-0 atas Atletico Madrid. Adalah Javier ‘Chicharito’ Hernandez yang menyelamatkan muka Los Blancos kali ini. Meski menjadi pahlawan, namun si Kacang Polong tak lepas dari derap kritik.

Real Madrid harus bersusah payah untuk menyingkirkan Atletico Madrid. El Real butuh gol Javier ‘Chicharito’ Hernandez di menit-menit akhir waktu normal untuk menang 1-0 dan lolos ke semifinal Liga Champions.

Pada laga leg kedua perempatfinal yang dihelat di Santiago Bernabeu, Kamis (23/4) dinihari WIB, Madrid tampil dominan dengan menguasai bola 63 persen serta membuat 23 tembakan, 8 on target. Sementara Atletico cuma bikin enam tembakan dengan dua on goal.

Dari delapan tembakan tepat sasaran sepanjang 90 menit, Madrid mendapat satu gol lewat Hernandez di menit ke-88. Atletico sendiri bermain dengan 10 orang sejak menit ke-76 karena Arda Turan mendapat dua kartu kuning. Dengan hasil ini maka Los Blancos melangkah ke semifinal dengan keunggulan agregat 1-0, setelah main imbang 0-0 di leg pertama.

Pelatih Madrid, Carlo Ancelotti, puas dengan penampilan anak asuhnya yang sangat dominan di laga kali ini. Soal gol di menit-menit akhir, Ancelotti menyebut hal itu sudah direncanakan.
“Kami memainkan la­ga yang bagus dan mengontrol permainan se­jak awal. Ka­mi punya pengua­saan bola yang bagus dan tidak memberikan me­reka kesem­pa­tan untuk melakukan sera­ngan balik,” kata Ancelotti. “Kami tangguh dalam bola mati jadi kami punya kontrol total dan punya gairah untuk me­ne­mukan solusi yang tepat. Kami menemukan solusi itu di menit terakhir, tapi itu memang ide kami untuk pertandingan ini.”

Sementara itu, Sergio Ramos menyebut momen itu sebagai malam magis buat El Real. Kemenangan ini sekaligus membuat Madrid akhirnya bisa menang atas tim besutan Diego Simeone setelah final Liga Champions musim lalu. Tim asuhan Carlo Ancelotti memang tak pernah meraup hasil positif dalam tujuh Derby Madrid setelah itu. Empat laga diselesaikan Madrid dengan kekalahan dan tiga lainnya ber­akhir imbang.

Ramos me­nyebut malam keme­nangan itu sebagai malam yang luar biasa. Laga itu dianggap sebagai sebuah balas dendam di saat yang tepat. “Ini malam yang penuh magis. Ini sebuah pertandingan menghadapi lawan yang punya level tinggi sehing­ga membutuhkan pengorbanan besar dan pertandingan yang sangat intensif. Atle­tico adalah juara bertahan La Liga dan kami belum meraih kemenangan atas mereka belakangan ini. Madrid akhirnya bisa tampil oke dan bisa mengalahkan kualitas dan tempo mereka. Sepakbola selalu memberimu kesempatan untuk balas dendam dan itu sungguh manis,” kata Ramos.

Ramos sendiri dalam laga ini mengisi posisi gelandang. Padahal sejatinya ia adalah seorang pemain bertahan. Sementara itu, dua posisi di jantung pertahanan Los Blancos dipercayakan kepada Raphael Varane dan Pepe.

Keputusan Ancelotti untuk me­mainkan Ramos di lini tengah terbilang cukup mengejutkan. Pasalnya, dia masih punya Asier Illarramendi, Sami Khedira, dan Lucas Silva untuk menggantikan Luka Modric yang cedera lutut.

“Saya memutuskannya beberapa menit setelah Modric cedera. Sergio memberi saya keyakinan dan mem­buat tim jadi lebih tinggi. Kami tak akan terlalu menderita dalam situasi-situasi bola mati. Keputusan ini cuma untuk kali ini. Dia berkorban untuk tim dan memahami bahwa penting bagi kami untuk menghindari masalah dalam situasi bola mati,” jelas Ancelotti.

Ini sebenarnya bukan kali pertama Ancelotti memasang Ramos sebagai gelandang. Dia pernah melakukan hal serupa pada Oktober 2013, ketika Madrid menghadapi Barcelona di Camp Nou. Tapi, saat itu Madrid kalah 1-2.

“Saya berpikir, setelah pertanding­an mela­wan Barcelona itu, banyak yang meng­kritik saya habis-habisan. Setelahnya saya terus bekerja, berpikir mereka akan mengincar saya lagi, tapi saya masih hidup. Ide saya bertujuan agar kami lebih solid dalam bola-bola mati,” kata Ancelotti.

Dikritik
Meski menjadi pahlawan Madrid, namun Javier ‘Chicharito’ Hernandez dianggap telah bersikap egois dalam perayaan golnya itu. Dia seharusnya menghampiri Cristiano Ronaldo, yang memberikan assist, dan merayakan bersama.

Gol yang dibuat striker internasional Meksiko itu datang dari sepakan di muka gawang. Dia mendapat sodoran bola dari Ronaldo, yang menusuk masuk ke kotak penalti setelah melakukan kerjasama satu-dua dengan James Rodriguez.

Usai menjebol gawang Jan Oblak, Chicharito langsung berlari ke sudut lapangan dengan penuh euforia. Dia lantas meluncur di atas lututnya dan kemudian jatuh terlentang. Tak lama berselang rekan-rekannya datang memberikan ucapan selamat.

“Saya tidak tahu soal masa depan­nya di sana. Jujur saja, dia tidak biasanya dimainkan. Malam ini adalah peluangnya dan kita bahkan tidak tahu apakah dia akan kembali main setelah laga ini. Dia punya beberapa kesempatan sebelum akhirnya bikin gol, tapi saya bisa katakan pada Anda kalau dia bisa berterimakasih pada Ronaldo,” sahut Henry.

Pemain yang statusnya masih pinjaman dari Manchester United itu disebut Henry merayakan gol selayaknya telah memenangi Piala Dunia. Padahal Ronaldo punya peran sangat besar dalam proses terjadinya gol tersebut. “Saya tahu dia ingin merayakannya sendirian. Tapi buat saya itu golnya Ronaldo,” tandasnya lagi. (dc-ss-scn)

Close Ads X
Close Ads X