Sejumlah Daerah Masih Kekurangan Soal Unas

berkas un
Jakarta | Jurnal Asia
Kesiapan Ujian Nasional (Unas) tingkat Sekolah Me­nengah Atas (SMA) dan se­derajat belum seratus persen. Hingga dua hari menjelang Unas, keluhan kekurangan berkas soal dan lembar jawaban masih banyak terjadi di daerah.

Keluhan itu datang dari Dinas Pen­didikan Rejanlebong, Provinsi Bengkulu. Dispendik Bengkulu menyebut, ke­kurangan berkas soal dan lembar jawaban di daerah mereka mencapai 122 amplop.
Beda lagi dengan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Di sana, Dinas Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan Lamongan melaporkan adanya kekurangan lembar soal dan jawaban hingga dua amplop. Satu amplop sendiri memiliki perbedaan jumlah isi. Namun biasanya, satu amplop berisi 20 lembar soal beserta lembar jawaban.

Saat dikonfirmasi, pihak Ke­menterian Pendidikan dan Kebudayaan (Ke­men­dikbud) tidak menyangkal. Bahkan, Kepala Pusat Penilaian Pen­didikan (Puspendik) Ke­men­dikbud Nizam Zaman me­ngaku, ada daerah lain, selain dua itu, yang juga mengalami hal serupa. Seperti, Jawa Tengah, Sulawesi dan Jawa Barat. “Memang bia­sanya kan baru dihitung H-2. Jadi laporan baru masuk. Tapi untuk Bengkulu, saya konfirmasi, Alhamdulillah bukan 122 amplop tapi hanya satu,” urai Nizam, kemarin.

Nizam sendiri menyebut hal ini biasa terjadi. Kesalahan perhitungan dalam proses pe­nge­pakan lembar soal dan ja­waban menjadi salah satu penyebab utama. Selain itu, disinyalir pula ada kesalahan data yang dikirim oleh pihak sekolah pada Kemendikbud. “Tak jarang, mereka salah me­masukkan jumlah peserta untuk IPA berapa, IPS berapa. Kadang, jumlah peserta unas IPA tertukar dengan IPS,” tuturnya.

Meski demikian, menurut Nizam ini bukanlah hal besar yang perlu dikha­wa­tirkan. Sebab, seluruh kekurangan akan segera diberikan oleh pihak percetakan. Ia mengatakan, pihak dinas pendidikan kota/kabupaten cukup melapor ke pihak dinas provinsi. Setelahnya, provinsi akan segera mengabarkan hal itu pada Kemendikbud. Selanjutnya, pihaknya akan menghubungi percetakan untuk dapat segera mengirimkan jumlah kekurangan lembar soal dan jawaban itu.

Untuk daerah terpencil, lanjut dia, pihak percetakan telah mengirim cadangan berbarengan dengan pe­ngiriman lembar soal dan jawaban. Dengan catatan, cadangan tetap akan mendapat pengawasan khusus dan baru diserahkan saat hari H. “Jadi kami minta semua pihak tidak panik. Karena semua dapat teratasi,” jelasnya.

Atas masalah yang terus terulang tiap tahun ini, Nizam enggan dibilang tidak becus. Menurutnya, human error akan sangat sulit untuk dihindari. Selain itu, menurutnya, pro­sentasi kekurangan lembar soal dan jawaban sangat rendah. “Dari 3,5 juta amplop, paling hanya sekitar 100 amplop yang kurang. Tentu tidak bisa dibilang kebobolan. Jumlahnya juga terus menurun,” ungkapnya.

Kurangnya jumlah lembar soal dan jawaban ini memunculkan spekulasi adanya unsur ke­se­ngajaan. Ada pihak yang sengaja menyisihkan soal untuk kemudian dapat dipergunakan berbuat curang. Misalnya, untuk bocoran soal atau jawaban pada para siswa peserta ujian. Tujuannya tentu, agar nilai siswa dapat didongkrak. Meski, saat ini nilai sudah tak lagi jadi tolak ukur kelulusan.
Nizam mengaku telah meng­antisipasi hal itu. Karenanya, tim monitoring Kemendikbud telah dikirim ke seluruh provinsi untuk melakukan pengawasan sejak Jumat (10/4). “Selain itu ada indeks integritas. Jadi akan ketahuan kalau ada yang curang,” terangnya.
Namun, jika tindak ke­cu­rangan benar terjadi. Nizam menegaskan, Kemendikbud tidak akan segan-segan member sanksi.
Bukan hanya sanksi ad­mi­nistratif, Kemendikbud juga tidak akan ragu menyeret kasus itu ke ranah hukum. (jpnn)

Close Ads X
Close Ads X