Selain Gula, Indonesia Juga Impor Seluruh Garam Industri Rp1,2 T per Tahun

Jakarta | Jurnal Asia
Tahun lalu tercatat impor garam industri untuk kebutuhan industri di dalam negeri capai 2,1 juta ton. Kondisi ini mirip seperti kasus gula, Indonesia masih mengimpor raw sugar (gula mentah) untuk industri.

Sekretaris Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia Cucu Sutara mengatakan kualitas garam di dalam negeri belum mampu memenuhi spesifikasi untuk industri berbahan baku garam. Sehingga, mau tidak mau demi keberlangsungan industri dalam negeri, impor garam harus dilakukan. “Garam Indonesia NaCL-nya 95 (Natrium klorida), belum mampu memproduksi kualitas yang NaCL 97,” kata Cucu di kantor Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (3/3).

Di tempat yang sama, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengatakan, ‎sepanjang tahun lalu, terpaksa Indonesia harus mengimpor garam karena belum ada industri garam yang mampu memasok kebutuhan industri yang berbahan baku garam seperti industri farmasi, aneka pangan, petrokimia, jumlah­nya mencapai 2,1 juta ton setara dengan US$ 105 juta atau sekitar Rp 1,25 triliun. “Untuk industri kaca saja butuhnya 1,2 juta ton. Dari 2,1 juta ton tersebut seluruhnya impor. Nilainya US$ 105 juta,” katanya.

Saleh mengatakan, belum ada industri dalam negeri yang mampu memproduksi garam dengan spesifikasi NaCL 97. Saat ini, investor garam seperti PT Garam dan Cheetam Salt Ltd, sejak 2010 lalu belum juga bisa merealisasikan investasinya karena keterbatasan lahan di Nusa Tenggara Timur. “Salah satu adalah untuk garam industri yang cocok ideal itu di NTT. Yang bisa memproduksi NaCL yang 97 ke atas, yang tingkat kemaraunya cukup panjang,”‎ tuturnya.

Saleh menuturkan, asosiasi pengguna garam siap menyerap garam dari petani untuk kon­sumsi dalam negeri sebanyak 600.000 ton hingga bulan Juli. Ini dilakukan atas respons yang diterima terkait garam-garam lokal di tingkat petani yang tak laku di pasaran. “Selama ini yang diributkan adalah garam punya masyarakat itu petani itu katanya tidak terjual.

Kami minta kebesaran hati dari para petani itu bisa menyerap. Sehingga teman dari asosiasi ini mau untuk membeli seluruh hasil garam petani dalam 2 bulan ke depan ini mereka mau menampung 280.000 ton. Nanti sampai Juli bisa sampai 600.000 ton,” ‎katanya.

Seperti diketahui, pro­duk­tivitas garam dalam negeri sebanyak 1,6 juta ton/tahun, sementara kebutuhan garam sebanyak 3,3 juta ton/tahun yang terbagi untuk kebutuhan industri 2,1 juta ton, konsumsi rumah tangga 1,2 juta ton. (dc)

Close Ads X
Close Ads X