Deflasi Sumut Capai 1,38 Persen Cabai Merah Penyumbang Terbesar

Medan | Jurnal Asia
Setelah di awal tahun me­ngalami deflasi 0,24 persen, Sumatera Utara di bulan Februari 2015 Sumut kembali deflasi sebesar 1,30 persen. Tingginya deflasi disebabkan penurunan harga sejumlah komoditas.

Penurunan harga tertinggi terjadi pada cabai merah sebesar 38,57 persen, harga bayam turun 13,46 persen, harga daging ras turun sebesar 10,37 persen. Disusul harga BBM yang turun 8,26 persen, harga ikan gembung turun 8,03 persen, tarif angkutan udara turun 7,18 persen dan harga tongkol turun 5,22 persen.

Kepala Bidang Statistik Distri­busi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark S Par­damean mengatakan, pada dua bulan awal tahun ini, Sumut masih mengalami deflasi yang terjadi di seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Di mana, Sibolga sebesar 2,04 persen, Pematangsiantar sebesar 1,38 persen, Medan sebesar 1,36 persen dan Padangsidimpuan 1,40 persen.

Terjadinya deflasi pada Feb­ruari 2015 menyebabkan laju inflasi year on year (yoy) di Sumut sebesar 5,89 persen. Rincian pada seluruh IHK yaitu Sibolga sebesar 6,02 per­sen, Pematangsiantar 5,43 per­sen, Medan 5,98 persen dan Padangsidimpuan 5,20 persen. Sementara inflasi secara ku­mulatif untuk Sumut sebesar -1,72 persen.
“Sumut masih deflasi karena di Bulan Februari, semua atau empat kota yang dijadikan IHK (indeks harga konsumen) juga mengalami deflasi. Mudah-mudahan inflasi bisa terus di­­­tekan sepanjang tahun ini untuk mendorong pertumbuhkan ekonomi,” ujar Bismark.

Pimpinan BI Sumut, Difi A Johansyah mengatakan, deflasi ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya karena perkiraan tekanan inflasi masih terus menurun sejalan dengan dampak lanjutan penurunan bahan bakar minyak (bbm) dan angkutan umum serta panen raya.

“Perkembangan harga minyak dunia yang cenderung menurun saat ini juga berpotensi mengurangi tekanan inflasi jadi kami perkirakan pada Februari akan tetap deflasi,” jelasnya.
Pada bulan lalu, pihaknya mewaspadai sebagai resiko inflasi pada Februari adalah dampak penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) untuk 10 golongan pelanggan pada Januari yang akan dibayarkan pada Februari. Serta kemungkinan kenaikan TTL golongan rumah tangga serta ketidakpastian cuaca yang akan menyebabkan gangguan pasokan diantaranya ikan segar.

“Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan TPID kabupaten/kota di Sumut terus berkoordinasi menjaga pasokan dan meminimalkan dampak lanjutan administered prices karena penyesuaian TTL pada bulan lalu,” pungkasnya.

Sementara, Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, melihat kondisi kebijakan Pemerintah seperti adanya lagi kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji, maka deflasi yang terjadi dalam dua bulan di 2015 itu tidak bisa dipertahankan. Pasti akan terjadi kenaikan harga lagi mengikuti kenaikan BBM dan elpiji dan itu akan mendorong terjadinya inflasi.

Apalagi dewasa ini, Sumut mulai memasuki musim kemarau yang akan memicu mengetatnya produksi hortikultura dan otomatis mendorong harga jual sayur mayur dan buah-buahan. “Pemprov Sumut harus segera mengantisipasi terjadinya lonjakan harga khusus harga beras dimana musim panen sudah mulai habis,” katanya. (netty)

Close Ads X
Close Ads X