Cara Mudah Budidaya Belimbing

10-belimbing

belimbing

Belimbing_demak

bibit-belimbing-2

foto HL--belimbing

kaki--belimbing1
Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan, yaitu diusahakan sebagi usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Sekarang, belimbing ditanam sebagai komoditas pertanian yang menyumbang keuntungan. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama atau sebutan “star fruits”, dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing “Florida”.
Sementara di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak Kunir, Demak Jingga, Pasar Minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional, yaitu varietas Kunir dan Kapur.
Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar maupun makanan buah olahan ataupun obat tadisional.
Manfaat lainnya sebagai stabilisator dan pemeliharaan lingkungan, antara lain dapat menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor, dan lain-lain, menyaring debu, meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan dari pencemaran karena berbagai kegiatan manusia.
Sebagai wahana pendidikan, penanaman belimbing di halaman rumah tidak terpisahkan dari program pemerintah dalam usaha gerakan menanam sejuta pohon. Selain itu buah belimbing dapat untuk mengobati jerawat secara alami ataupun untuk mengobati asam urat.
Persyaratan Benih
Teknologi produksi bibit unggul belimbing harus selalu menggunakan pohon induk unggul atau pembiakan secara vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan). Pembiakan secara generatif dengan biji tidak dianjurkan karena hampir selalu memberikan keturunan berbeda dengan induknya (segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan generatif (biji) hanya dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang bawah (onderstam) yang kelak digunakan pada perbanyakan vegetatif.
Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan dan enten).
Khusus pada perbanyakan vegetatif dengan cara penyambungan (okulasi, enten, susuan) diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yang berasal dari biji (pembiakan generatif).
Tentukan (pilih) areal utk lahan persemaian di tempat yang strategis dan tanahnya subur. Olah tanahnya cukup dalam antara 30-40 cm hingga gembur, kemudian dikering-anginkan selama ± 15 hari. Buat bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Arah bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan.
Tambahkan pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m2, luas bedengan sambil dicampurkan dengan tanah atas secara merata, kemudian rapikan bedengan dengan alat bantu papan kayu atau bambu ataupun cangkul.
Tancapkan tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100-150 cm dan di sisi Barat 75-100 cm, kemudian pasang pula palang-palang dari bilah bambu sambil diikat.
Pasang atap persemaian dari dedaunan (jerami) atau lembar plastik bening (transparan), sehingga bedengan persemaian lengkap dengan atapnya siap disemai biji belimbing.
Pembibitan
Pemeliharaan bibit selama dipesemaian dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain, penyiraman (pengairan) secara kontinyu 1-2 kali sehari atau tergantung keadaan cuaca. Pemupukan dengan pupuk Nitrogen (Urea, ZA) ataupun NPK yang dilarutkan dalam air dengan dosis 10 gram/10 liter untuk disiramkan pada media pesemaian setiap tiga bulan sekali.
Pengendalian hama atau penyakit dengan cara memotong bagian yang terserang parah, perbaikan drainase tanah dan penyemprotan pestisida pada konsentrasi rendah antara 30–50 % dari yang dianjurkan.
Sedangkan penyapihan (pendederan) bibit pada umur 6–8 bulan dari pesemaian ke dalam polibag atau keranjang atau lahan yang telah diisi media campuran tanah dengan pupuk kandang.
Luasan minimum yang diperlukan untuk operasional pembibitan adalah 2.000 m2, yang dapat menampung bibit sebanyak 5.000-10.000 bibit. Sedangkan lahan untuk pohon induk dapat disediakan tersendiri atau ditanam dalam lahan operasional.
Syarat utama dalam pemilihan lahan adalah tersedianya air bagi tanaman, sebagai indikator alami ada atau tidaknya sumber air dapat digunakan pohon enau, karena umumnya pohon enau hidup di daerah yang banyak mengandung air.
Pembukaan Lahan. Tentukan areal lahan yg strategis dan subur, cara pengolahan lahan (pembajakan/pengarukan & pencangkulan) tanah lahan cukup dlm antara 30–40 cm hingga gembur, kemudian dikeringanginkan selama 15 hari.
Tambahkan pada tanah lahan yang telah diolah pupuk kandang yang matang & halus sebanyak 2kg/m2 kemudian rapikan bedengan sambil dicampurkan dengan tanah atas secara merata, dan dirapikan dengan alat bantu papan kayu atau bambu atau cangkal dan selanjutnya lahan siap ditanami.
Pembentukan Bedengan. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100–120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan.
Bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan. Pasang (tancapkan) tiang-tiang bambu di sisi timur bedengan setinggi 100–150 cm, dan di sisi barat 75–100 cm, kemudian pasang pula palang-palang sambil diikat.
Selanjutnya pasang atap dari dedaunan (jerami) atau plastik bening (transparan) sehingga bedengan siap digunakan. (int)

Close Ads X
Close Ads X