Ditemukan Obat yang Berpotensi Melawan Ebola

Congo Guinea Ebola   AGUI101
Sejumlah peneliti AS menggunakan 16 monyet makak (macaques monkey) yang terinfeksi virus Marburg untuk menguji obat bagi penderita Ebola. Hasilnya, seluruh monyet disembuhkan. Jurnal Science Translational Medicine memberitakan sukses penelitian ini membangkitkan harapan akan ditemukannya obat untuk menyembuhkan pasien terinfeksi virus Ebola. Virus Marburg, menurut jurnal itu, berhubungan dekat dengan Ebola.
Peneliti mengatakan 16 monyet itu terinfeksi virus Marburg, dengan kondisi beragam, mulai dari gejala awal sampai sekarat. Mereka diberi suntikan obat produksi Tekmira Pharmaceuticals Corporation pada waktu berbeda, mulai dari 45 menit sampai tiga hari setelah infeksi. Sekelompok monyet lain, yang juga terinfeksi, tidak diberi obat itu. Hasilnya, seluruh monyet yang diberi obat sembuh dan kembali ke kehidupan normal. Yang tidak diberi obat meninggal pada hari kedelapan setelah terinfeksi.
Virus Marburg kali pertama dideteksi ta­hun 1967, setelah terjadi wabah di tiga kota di Eropa. Salah satunya Marburg, kota di Jer­man. Wabah mematikan virus Marburg ter­jadi di Angola tahun 2004. Saat itu, 250 orang terinfeksi. Sebanyak 230 orang, atau 90 persen, tewas. Marburg dan Ebola relatif sama. Keduanya memiliki tingkat kematian lebih 90 persen.
Indikasi seseorang terkena Marburg dan Ebola juga sama, yaitu demam berdarah dengan muntah-muntah, diare, pendarahan tak terkontrol, dan kegagalan organ.
Thomas Geisbert, profesor mikrobiologi dan immunologi Universitas Texas Medical Branch di Galveston dan penulis senior, me­nga­takan obat ini kemungkinan berpotensi me­lawan Ebola.
“Obat ini terbukti efektif menyembuhkan pasien yang mengalami tahap akhir infeksi,” ujarnya.
Kebanyakan pasien Ebola tidak tahu mereka terinfeksi, sampai mereka menun­jukan gejala. Biasanya, gejala muncul se­telah dua hari sampai tiga minggu sejak vi­rus menginfeksi. Peneliti berusaha keras me­nemukan obat yang mampu melawan virus Ebola sejak kali pertama menginfeksi pa­sien dan saat memasuki tahap akhir infeksi yang membuat pasien sekarat.
Temuan ini muncul ketika Ebola mewabah di sejumlah negara Afrika; Sierra Leone, Guinea, Liberia, dan Nigeria, dan membunuh 1.350 orang. WHO memperkirakan sedikitnya 2.500 orang terinfeksi, dan sedang menunggu ajal. Studi lain memperkirakan 30 ribu orang berisiko terinfeksi. Mereka adalah keluarga korban, petugas medis, dan siapa pun yang pernah menjalin kontak dengan pasien. (ic)

Close Ads X
Close Ads X